23 April 2024

`

Cuaca Ekstrem 17 – 22 Oktober 2022, Waspadai Daerah Rawan Bencana

3 min read

SIDOARJO, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi akhir-akhir ini patut diwaspadai. Karena curah hujan yang tinggi di Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang bagian selatan hingga Kabupaten Blitar bagian selatan tersebut bisa membawa bencana alam, banjir dan tanah longsor.

 

Hujan deras yang turun terus-menerus mengakibatkan banjir di Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (17/10/2022) pagi.

 

Peringatan dini cuaca di wilayah Jawa Timur.

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Juanda, Sidoarjo, memprakirakan potensi cuaca ekstrem masih berlanjut sepekan ke depan, mulai 17-22 Oktober 2022.

Menurut BMKG, dinamika atmosfer di wilayah Jawa Timur masih cukup signifikan, dan berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan.

Kepala Stasiun Meteorologi Juanda Sidoarjo, Taufiq Hermawan, dalam siaran persnya, Senin (17/10/2022), menyampaikan, hasil analisis dinamika atmosfer di wilayah Jawa Timur terkini menunjukkan adanya pola konvergensi serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan. Aktifnya fenomena gelombang atmosfer rossby ekuatorial, serta suhu muka laut di perairan Jawa Timur yang masih hangat dengan anomali antara +0.5 s/d +2.5 ºC meningkatkan suplai uap air di atmosfer.

“Kondisi tersebut mempengaruhi pembentukan awan– awan Cumulonimbus (CB) yang semakin intens dan dapat mengakibatkan cuaca ekstrem,  seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan hujan es,” jelasnya.

Wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem meliputi Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Kabupaten/Kota Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Kabupaten/Kota Madiun, Magetan, Ponorogo, Ngawi, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Kabupaten/Kota Kediri, Kabupaten/Kota Blitar, Kabupaten/Kota Malang, Batu, Kabupaten/Kota Pasuruan, Kabupaten/Kota Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Jember, Banyuwangi, Bangkalan, Sampang, Pamekasan,  dan Sumenep.

Andang Kurniawan, pengamat Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi, Jawa Timur.

Terpisah, Andang Kurniawan, Pengamat Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Selasa, (18/10/2022), menjelaskan, terkait fenomena cuaca ekstrem hujan lebat di beberapa daerah di Jawa Timur,  di samping faktor La Nina,  juga karena  fenomena Indian Ocean Dipole Mode (IOD) negatif, yaitu suatu fenomena anomali panas di lautan Hindia.

“Dampak dari fenomena IOD positif adalah kekeringan. Sedangkan IOD negatif adalah curah hujan yang lebih tinggi. Saat ini monitoring menunjukkan fenomena IOD negatif, yang paling negatif selama setidaknya 30 tahun terakhir. Hal ini erat kaitannya dengan apa yang disebut perubahan iklim maupun krisis iklim,” jelasnya.

Andang menambahkan, kombinasi dari kedua fenomena tersebut (La Nina dan IOD negatif) diprakirakan akan berkontribusi pada meningkatnya curah hujan di Jawa Timur dan Indonesia umumnya. “Fenomena La Nina diprakirakan akan terus melemah dan menuju netral pada periode September-November 2022. Sementara itu, fenomena IOD diprakirakan akan tetap negatif hingga Januari 2023,” jelasnya.

Andang menghimbau masyarakat agar lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim hujan serta menyiapkan penanganan dan mitigasi kemungkinan terjadinya bencana, terutama di wilayah yang rentan bencana banjir.

Terkait IOD negatif, masyarakat juga dihimbau untuk tidak menganggap curah hujan yang tinggi ini akan selalu berlanjut. Karena fenomena ini cukup langka dan baru sekali terjadi dalam 30 tahun terakhir. “Perlu diingat bersama, kita juga pernah mengalami fenomena IOD positif di tahun 2019 dengan kekeringan yang luar biasa,” katanya.

Andang juga mengimbau masyarakat agar  selalu mengupdate informasi terkini yang selalu dipublikasikan melalui kanal resmi,  baik website atau media sosial BMKG. (div/mat)