20 April 2024

`

RSSA Jadi Rujukan Gagal Ginjal Akut, Pasien Terbanyak dari Blitar

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Kementerian Kesehatan telah merilis 14 rumah sakit yang menjadi rujukan pasien GGAPA (Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal Pada Anak). Salah satunya, RSUD Saiful Anwar Malang, Jawa Timur. Sejauh ini, pasien terbanyak  dari Blitar, dengan presentase 44 persen, dan berjenis kelamin laki-laki.

 

Sejumlah dokter spesialis RSSA Malang, Jawa Timur, menggelar jumpa pers terkait merebaknya penyakit Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal Pada Anak)

 

 

SELAIN RSUD Saiful Anwar Malang, ada RSHS Bandung, RSUP Cipto Mangunkusumo, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUP Dr. Kariadi Semarang, RSUP Dr Sardjito DI Yogyakarta, RSUP Prof Ngoerah, RSUP H Adam Malik, RSAB Harapan Kita, RSUD Dr Zainoel Abidin Banda Aceh, RSUP Dr M Djamil, RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar, RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, dan RSUP Prof Dr RD Kandou.

dr. Harjoedi Adji Tjahjono,Sp.A(K) ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Malang Raya

Dokter spensialis anak RSSA Malang, dr. Krisni Soebandijah,Sp.A(K), menjelaskan, Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal saat ini masih di tahap investigasi. Selama rentang waktu tiga bulan, mulai Agustus hingga Oktober 2022, terdapat pasien rujukan dari berbagai daerah di Jawa Timur yang ditangani  RSSA.

“Yang terbanyak pasien dari Blitar, dengan presentase 44 persen dan berjenis kelamin laki-laki. Gejala awalnya,  diare, mual, muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, serta jumlah air seni (air kecil) semakin sedikit, bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali,” katanya di hadapan sejumlah wartawan, Kamis (20/10/2022) siang.

Sedangkan dr. Harjoedi Adji Tjahjono,Sp.A(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Malang Raya,  mengharapkan, sesuai yang disampaikan Ketua IDAI Pusat, masyarakat dihimbau menghindari menggunakan obat dalam bentuk cair atau sirup sambil menunggu pengumuman lebih lanjut dari Kemenkes dan BPOM.

“Masyarakat bisa memeriksakan anaknya ke dokter atau faskes jika ada gejala tersebut. Untuk dokter spesialis anak, agar  tidak memberikan resep obat cair dan sirup,” katanya.

dr. Astrid Krisrina Kardani, Sp.A (K), M. Biomed dan dr. Krisni Soebandijah,Sp.A(K)

Terpisah, dr. Astrid Krisrina Kardani, Sp.A (K), M. Biomed, menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan apakah penyakit ini berhubungan dengan akibat adanya konsumsi dari obat-obatan dan zat-zat yang membahayakan yang sekarang dilarang atau tidak. Karena sedang diinvestigasi  badan yang berwenang (BPOM).

“Kasus gangguan ginjal akut bukan hal baru di penanganan anak. Tren yang terjadi dua hingga tiga bulan terakhir ini, ada 24 persen yang penyebabnya masih misterius. Makanya kita sebut atipikal atau tidak diketahui penyebabnya. Kasus sekarang ini tidak biasa. Kami masih melakukan investigasi. Kita tidak tahu penyebabnya,” terangnya.

Sejak akhir Agustus 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal atau Acute Kidney Injury (AKI) yang tajam pada anak, utamanya anak di bawah usia 5 tahun.

Seiring dengan peningkatan tersebut, Kemenkes meminta para orang tua  tidak panik, namun selalu waspada, terutama ketika anaknya mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut. Seperti,  diare, mual, muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, serta jumlah air seni semakin sedikit,  bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.  (div/mat)