Dosen UM Buatkan Buku Saku untuk Guide Wonokitri
2 min readPASURUAN, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Gunung Bromo dan Semeru banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Sayangnya, warga Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang menjadi pemandu wisata (guide) tidak semuanya fasih bahasa asing. Karena itu tim dosen Universitas Negeri Malang (UM) membantu dengan membuatkan buku saku conversation (percakapan) seputar wisata.
PARA DOSEN sosiologi UM ini berkolaborasi dengan masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat guna meningkatkan kemampuan sumber daya manusia bidang pariwisata.
Ketua Tim Pengabdian UM, Ahmad Arif Widianto, MA, berharap, pendampingan bagi pelaku wisata di Desa Wonokitri ini bermanfaat, membantu program-program kewisataan. “Termasuk pemanfaatan teknologi sebagai media promosi wisata dan peningkatan kemampuan bahasa Inggris,” tuturnya, belum lama ini.
Pendampingan pemandu lokal tersebut dilaksanakan para dosen sosiologi UM, di antaranya Ahmad Arif Widianto, MA, Megasari Noer Fatanti, MIKom, Abdul Kodir, MSosio, dan Kun Sila Ananda, MA.
Menurut Arif, pendampingan dilakukan berangkat dari keresahan perangkat desa serta pokdarwis terkait kurangnya keterampilan komunikasi pemandu wisata. “Kami sudah beberapa kali bertemu perangkat desa, komunitas pemandu wisata lokal, juga pokdarwis. Kami bahas program pendampingan yang bisa dilakukan,” ujarnya.
Hasilnya, tim dosen UM akan membantu menerbitkan buku saku untuk pemandu wisata. Isinya, panduan komunikasi dan conversation dengan wisata asing, etika pemandu wisata, serta keterangan destinasi wisata sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
“Tidak hanya penerbitan buku, pembimbingan juga seputar standarisasi layanan oleh pemandu wisata, pengembangan paguyuban pemandu wisata, dan lainnya,” terang Arif.
Memang, kata Setiawan, salah satu pemandu wisata Desa Wonokitri, penguasaan bahasa asing menjadi kendala. Bahkan ada juga pemandu wisata yang tidak punya kemampuan dasar komunikasi dengan wisatawan asing. “Kemampuan Bahasa Inggris kami sangat terbatas. Kadang untuk menjelaskan sesuatu atau menawarkan jasa lainnya, kami kesulitan,” ungkapnya.
Selain itu juga belum ada paguyuban resmi yang menaungi pemandu wisata Desa Wonokitri. Saat ini hanya tergabung di komunitas-komunitas kecil. Sementara pemandu wisata individu dan cenderung liar masih sering ditemukan. “Pendampingan dari dosen UM ini kami harap sumber daya manusia kami di bidang wisata terus berkembang,” harapnya. (div/mat)