22 Maret 2025

`

Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri

2 min read
Pintu gerbang masuk Pondok Lirboyo.

Jumlah Pondok Pesantren di Jawa Timur sangat banyak. Peranannya dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia pun sangat besar. Setelah kemerdekaan, tugas pondok pesantren pun terus berlanjut, yakni membina dan mendidik para santri. Salah satu pesantren yang menjadi jujugan masyarakat untuk menimba ilmu adalah Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Berikut sejarah berdirinya Pesantren Lirboyo yang dikutip dari berbagai sumber.

Lirboyo, awalnya adalah nama sebuah desa terpencil yang terletak di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur. Dahulu desa ini merupakan sarang penyamun dan perampok, hingga pada suatu ketika, atas prakarsa Kyai Sholeh, seorang yang alim dari Desa Banjarmelati yang kemudian dirintis salah satu menantunya yang bernama KH. Abdul Karim, asal Magelang, Jawa Tengah mendirikan pesantren.
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo erat sekali hubungannya dengan awal mula KH. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M. setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Dlomroh), putri Kyai Sholeh Banjarmelati.
Perpindahan KH. Abdul Karim ke Desa Lirboyo dilatar belakangi, dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang da’i, karena Kyai Sholeh berharap dengan menetapnya KH. Abdul Karim di Lirboyo, maka siar Islam lebih luas. Di samping itu, atas permohonan Kepala Desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh agar berkenan menempatkan salah satu menantunya di Desa Lirboyo. Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tenteram.
Harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon, ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani. Saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Tiga puluh lima hari setelah menempati tanah waqaf tersebut, KH. Abdul Karim mendirikan surau mungil nan sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Santri pertama yang belajar di Lirboyo adalah Umar asal Madiun. Kedatangannya disambut baik oleh KH. Abdul Karim, karena tujuannya baik, yakni untuk tholabul ilmi, menimba pengetahuan agama. Selama nyantri, Umar sangat ulet dan telaten. Ia benar-benar taat pada Kyai.
Selang beberapa waktu ada tiga santri menyusul jejak Umar. Mereka berasal dari Magelang, daerah asal KH. Abdul Karim. Masing-masing bernama Yusuf, Shomad Dan Sahil. Tidak lama kemudian datanglah dua orang santri bernam Syamsuddin dan Maulana, keduanya berasal dari Gurah, Kediri.
Seperti santri sebelumnya, kedatangan kedua santri ini bermaksud untuk mendalami ilmu agama dari KH. Abdul Karim. Akan tetapi baru dua hari saja mereka berdua menetap di Lirboyo, semua barang-barangnya ludes di sambar pencuri. Memang pada saat itu situasi Lirboyo belum sepenuhnya aman. Akhirnya mereka berdua mengurungkan niatnya untuk mencari ilmu. Mereka pulang ke kampung halamannya.
Tahun demi tahun, keberadaan Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masya-rakat luas dan semakin banyaklah santri yang berdatangan mengikuti santri-santri sebelum-nya untuk bertholabul ilmi, maka untuk meng-hindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang dialami oleh Syamsuddin dan Maulana, dibentuklah satuan keamanan yang bertugas ronda keliling di sekitar pondok.*