27 April 2024

`

Hutan Dibabat, Populasi Burung Rangkok Turun 60%

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Kawasan hutan lindung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, cukup luas. Berbagai satwa hidup di sini. Sayang, akibat penebangan hutan, membuat populasi burung Rangkok (Bucerotidae) menurun tajam hingga 60 %.

 

Burung Rangkok di alam liar.

 

KETUA Profauna Indonesia, Rosek Nursahid, Selasa (15/01/2019) mengatakan, berdasarkan pemantauan di lapangan, populasi burung Rangkok di Malang selatan turun drastis,  hingga 60 %.

“Data terakhir, kita dapatkan dari survey yang kita lakukan pada Desember 2018 di enam kecamatan, yaitu Ampelgading, Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan, Gedangan, Bantur dan Donomulyo, hasilnya mengejutkan. Karena populasi tiga jenis Rangkok, turun sampai 60%. Sedangkan jumlah individu per kelompok menurun sampai 70% di banding pada pemantauan kami tahun 1996 lalu,” kata Rosek.

Memang, data yang didapat lembaga pemerhati dan pelestarian satwa ini masih merupakan data kualitatif, bukan data kuantitatif. “Data yang kita dapat berdasarkan perjumpaan kita dengan burung Rangkok di alam liar. Dulu,  dalam sebulan,  bisa sampai 15 kali perjumpaan. Sekarang hanya 6 kali saja.  Artinya, keyakinan kami, ada penurunan populasi sampai 60%,” tegas Rosek.

Turunnya populasi burung berparuh besar ini merupakan indikasi kuat adanya kerusakan hutan yang serius. “Kenapa kita ambil sample burung Rangkok? Karena Rangkok adalah burung yang unik. Dia besar dan langka yang membutuhkan hutan yang luas dalam kondisi baik. Dengan menurunnya populasi burung ini,  merupakan indikator rusaknya hutan,” jelasnya.

Lebih lanjut, menurut Profauna Indonesia, rusaknya hutan di kawasan Malang selatan terjadi sejak 1998. “Kebanyakan hutan di sana beralih fungsi menjadi ladang pisang dan kopi. Itu terjadi mulai 1998. Semestinya, ini menjadi perhatian serius dari Perhutani dan  pemerintah, apalagi yang rusak kebanyakan adalah hutan lindung,” jelas Rosek.

Menindaklanjuti turunnya populasi burung langka dilindungi yang hampir punah ini, Profauna Indonesia meminta kepada pemerintah agar memperbaiki kondisi hutan di Malang selatan. “Karena menurunnya populasi Rangkok, disebabkan rusaknya hutan. Karena itu Perhutani maupun pemerintah harus segera mengembalikan kondisi hutan seperti semula. Jika tidak, maka burung ini tidak menutup kemungkinan akan punah di Kabupaten Malang seperti banteng dan harimau tutul yang saat ini sudah punah di kawasan Malang selatan,” papar alumni Universitas Brawijaya Malang.

Selain berusaha untuk memperbaiki kondisi hutan, Profauna Indonesia juga mendesak pemerintah agar mengedukasi masyarakat terkait pentingnya pelestarian hutan dan lingkungan. “Mengapa? Berdasarkan temuan kita di lapangan, kebanyakan yang membuka hutan bukan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, tapi orang luar daerah. Ini yang harus diedukasi oleh pemerintah,”tandasnya.(diy)