Tari Glendo Barong Tampil Memukau di Lomba Kreasi Budaya Bimantara Indonesia 2024
2 min readMALANG, TABLOID JAWATIMUR.COM – Tari Glendo Barong tampil memukau dalam lomba Kreasi Budaya Bimantara Indonesia di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (17/11/2024). Pada lomba yang mengusung tema “Gali Lestari: Kakembangan Panji Aji Rogo” ini dihadiri sejumlah tokoh seniman dan pakar seni. Di antaranya, Handoyo, Winda Istiandini,S.pd, M,pd, Endang Setyowati. Selain itu dihadiri Putra Putri Tari Jawa Timur, Fahmi Izzah Al Fitrah (1st Putra Tari Jawa timur) dan Afiatul Annisa (2st Putri Tari Jawa Timur).
LOMBA Tari Gali Lestari : Kakembangan Panji Aji Rogo yang digagas Yayasan Veritas Bimantara Indonesia ini pun berlangsung meriah. Karena dihadiri masyarakat sekitar, mahasiswa, dan siswa dari berbagai sekolah.
Gali Lestari 2024 menjadi ajang yang sangat istimewa karena melibatkan partisipasi masyarakat (pelajar) dari berbagai latar belakang budaya. Salah satunya anak- anak dari Sanggar Satwika Tunga Wisti. Peserta nomor urut 6 ini menampilkan tarian yang berasal dari Kota Batu, Glendo Barong. Tarian ini diciptakan sebagai gambaran dari sosok anggker sambernyowo, sebuah cerita yang melegenda di tanah Jawa.
Bentuk Glendo Barong yang mengarah ke bentuk “naga jawa“ —dalam bahasa Jawa, naga disebut nogo— diartikan sebagai noto rogo. Nogo dalam prespektif Glendo Barong hanya berupa kepala yang diartikan sebagai seorang pimpinan dan cara memainkannya dipukulkan (dikeprukan) ke lutut, dada, dan terkadang ke anggota tubuh yang lain. Hal ini sebagi filosofi bahwa seorang pimpinan harus siap dikepruk atau dihadapkan kepada berbagai aral kehidupan bermasyarakat sebagai bentuk pengayoman. Dalam membawakan Glendo Barong, terkadang dibawa sambil menunduk sebagai filosofi seorang pimpinan harus andap asor.
Dari segi interpretasi, peserta berhasil menyampaikan inti tarian dengan baik, menggambarkan gagah perkasa seperti layaknya Singo Barong, sehingga Sanggar Tari Satwika Tunga Wisti meraih Juara 1 kategori umum.
Penampilan kostum yang bervariasi dan rias wajah yang sesuai karakter menunjukkan perhatian terhadap detail visual yang sangat mendukung penampilannya. Namun, untuk mencapai kesempurnaan dalam membawakan kelompok tari, diperlukan peningkatan pada kekompakan gerakan dan latihan rutin agar setiap penari bisa bergerak serentak dan kekuatan untuk memegang properti tidak jatuh saat memainkannya.
Secara keseluruhan kegiatan ini terdapat beberapa kekurangan, namun dengan dukungan dan antusiasme dari semua pihak yang terlibat, saya yakin setiap penampilan telah memberikan kesan dan pesan yang mendalam bagi seluruh penonton. Semoga Lomba Kreasi Budaya Bimantara Indonesia ini menjadi langkah awal yang baik untuk mengembangkan seni tari di Indonesia, serta menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk terus melestarikan budaya bangsa. (Fahmi Izzah Al Fitrah, Jurusan: Pendidikan Seni Tari dan Musik, Universitas Negeri Malang, fahmijhae12@gmail.com)