PMI Ajari Masyarakat Ngantang Hadapi Bencana
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Dengan status daerah rawan bencana, masyarakat Kabupaten Malang perlu diedukasi menghadapi bencana. Karena itu Palang Merah Indinesia (PMI) beserta instansi terkait melakukan simulasi pengurangan resiko bencana di Desa Pagersari dan Desa Sidodadi, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
MENURUT Sekretaris PMI Kabupaten Malang, pada tahap pertama, Selasa (07/08/2018), dilakukan gladi posko. “Sedangkan gladi lapangan akan dilaksanakan Rabu (08/08/2018),” katanya.
Kepala Seksi Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Malang, Amirul Yasin menjelaskan, dengan kondisi geografisnya yang terdiri dari perpaduan pegunungan dan lautan, menyimpan potensi besar terjadinya bencana alam. “Dengan kondisi tersebut, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana harus diedukasi dan pemahaman agar sadar dan tanggap bencana,” katanya.
Salah satu yang dilakukan PMI untuk menyadarkan masyarakat atas bahaya tersebut adalah melakukan simulasi, berkerjasama dengan instansi terkait agar masyarakat paham dan tanggap apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. Harapannya, ketika terjadi bencana yang sesungguhnya, resikonya bisa diminimalisir.
Dengan mengerahkan 250 personil yang terdiri dari masyarakat, Muspika, PMI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta potensi SAR yang ada, selama dua hari, Selasa (07/08/2018) hingga Rabu (08/08/2018) masyarakat Desa Pagersari dan Sidodadi diberi pemahaman apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Misalnya, jika terjadi gempa harus segera keluar rumah, jangan sampai berlindung di dalan rumah.
Harapanya, menurut Yasin, dengan metode simulasi yang kondisinya direkayasa mirip dengan kondisi bencana sesunguhnya, masyarakat lebih mudah memahami dan langsung mempraktekan bagaimana upaya penyelamatan diri jika terjadi bencana.
Mengapa PMI menetapkan Desa Pagersari dan Sidodadi sebagai tempat simulasi? “Kita ingin menjadikan Desa Sidodadi dan Pagersari sebagai desa siaga bencana berbasis masyarakat. Dalam hal ini, kita disupport oleh Palang Merah Irlandia. Dengan adanya Sibat (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) yang merupakan program PMI Pusat, sangat membantu kecepatan memberikan pertolongan, dan menginformasikan adanya bencana. Dengan kata lain, Sibat ini adalah kepanjangan PMI di daerah yang rawan bencana,”papar Yasin.
Dari 33 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang, baru terbentuk 14 Sibat. “Tingkatannya ada yang di kecamatan dan di desa. Harapannya, ke depan, jumlah ini akan bertambah. Karena, dengan adanya Sibat, jika instansi atau potensi SAR lain membutuhkan waktu, katakanlah 3 jam untuk sampai ke lokasi bencana, kita dari PMI cukup 30 menit. Mengapa? Karena masyarakat sudah kita tingkatkan kapasitasnya lewat program edukasi dan latihan,”pungkas Amirul Yasin. (diy)