13 Februari 2025

`

Masyarakat Tak Hanya Butuh Nasi, Tapi Juga Lauk dan Singkong

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Sistem swasembada pangan yang diterapkan saat ini sudah tidak relevan. Karena masyarakat tidak hanya butuh nasi untuk mencukupi kebutuhan nutrisi, tapi juga butuh lauk pauk dan singkong. Karena sistem pangan kuncinya adalah gizi atau nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.

 

Para peserta konferensi, membahas tantangan bidang pertanian ke depan, di Hotel Harris, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (27/05/2022).

 

HAL INI disampaikan Koordinator Tenaga Ahli Kementerian Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, saat hadir di konferensi internasional membahas tantangan bidang pertanian ke depan, di Hotel Harris, Kota Malang, Jawa Timur,  Jumat (27/05/2022).

Kegiatan yang digelar Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) dan Universitas Brawijaya (UB) Malang ini, dibuka Ketua Umum PERHEPI,  Prof. Bustanul Arifin, diikuti 100 peserta dari berbagai daerah.

“Sistem swasembada pangan saat ini sudah tidak relevan untuk diterapkan. Masyarakat tidak hanya butuh nasi untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya  tapi juga lauk pauk dan singkong,” kata Koordinator Tenaga Ahli di Kementerian Perdagangan, Bayu Krisnamurthi seraya menambahkan, dalam food system (sistem pangan) kuncinya adalah gizi atau nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.

Para narasumber di konferensi yang membahas tantangan bidang pertanian ke depan, di Hotel Harris, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (27/05/2022).

Rektor UB, Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR, M.S, yang hadir dalam kegiatan ini berharap forum ini bisa meningkatkan pengetahuan dan memberikan masukan pemerintah dalam mengembangkan  food system dan agriculture in Indonesia. “Ini akan menjadi tantangan. Karena  yang konsumen pilih  bukan hanya soal perut kenyang tapi juga nutrisi. Seperti halnya functional food untuk menurunkan kolesterol dan diabetes,” katanya.

Sedangkan Ketua Umum PERHEPI,  Prof. Bustanul Arifin, menjelaskan, sistem pangan global berada dalam tantangan yang sangat serius, setelah dua tahun pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi ekonomi global. Ketegangan terbaru antara Rusia dan Ukraina dan masalah geopolitik global lainnya telah meningkatkan inflasi global. Laju inflasi Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan akan mencapai lebih dari 5 persen, meningkat signifikan dari 2,6 persen pada tahun 2021.

“Indonesia saat ini menganut dan mengembangkan sistem pangan berkelanjutan yang komprehensif. Meliputi kegiatan sistem produksi, pengolahan, distribusi, perdagangan, dan sistem konsumsi pangan. Outcome dari sistem pangan adalah peningkatan ketahanan pangan yang meliputi ketersediaan pangan, akses pangan,  dan pemanfaatan pangan,” jelasnya.

Di sektor pertanian pangan, masih kata Arifin, Indonesia telah berkomitmen menerapkan Sustainable and Resilient Food Systems (SRFS). “SRFS merupakan landasan penting untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi untuk dapat berkontribusi pada pola makan yang sehat dan seimbang, pengentasan kemiskinan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, konservasi ekosistem, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” terangnya. (div/mat)