Kementerian Pariwisata Gelar Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona di Coban Jahe
4 min read
MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Kementerian Pariwisata —dalam hal ini Sub Bidang Sadar Wisata— menggelar Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona di Coban Jahe, Desa Pandansari Lor, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (08/09/2018), diikuti ratusan pelaku wisata.

KEPALA Sub Bidang Sadar Wisata Kementerian Pariwisata, Arum Damarintyas, S.Sos, menjelaskan, Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona di Coban Jahe ini merupakan kegiatan untuk 6 DPP (Destinasi Pariwisata Prioritas), yang salah satunya adalah Bromo Tengger Semeru (BTS).
“Kebetulan, BTS ini berada di wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Malang ini yang pertama. Selanjutnya kita akan ke Kabupaten Malang Pasuruan, Lumajang dan Probolinggo,” katanya ditemui di sela-sela acara.

Arum menambahkan, kegiatan ini merupakan rangkaian akhir dari kegiatan Sosialisasi Sadar Wisata dan Sapta Pesona, yang kemudian dirangkai dengan penguatan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), dan yang terakhir adalah kampanye untuk menyadarkan masyarakat terhadap Sapta Pesona dan Sadar Wisata.

“Sasaran kegiatan hari ini adalah masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat pengelola destinasi wisata, pengelola home stay, pengelola desa wisata, pengelola pelaku pariwisata di sekitar destinasi, seperti pedagang makanan dan minuman, juru parkir, pokdarwis, asosiasi, organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dan sebagainya,” kata Arum.

“Dengan adanya kampanye ini, diharapkan masyarakat menjadi sadar wisata, dapat mengimplementasikan Sapta Pesona di kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah tangganya, kemudian mengimplementasikan ke destinasi wisatanya,” imbuh Arum.
Perempuan berjilbab ini menambahkan, di Kabupaten Malang sudah banyak yang berhasil destinasi wisatanya, karena pemberdayaan masyarakatnya bagus. “Kita mengharapkan, destinasi wisata di daerah lain yang belum berkembang, dapat mencontoh destinasi wisata yang sudah berhasil. Artinya, melihat, meniru, dan memodifikasi, tapi tidak plek (sama persis),” tandasnya.
Arum menjelaskan, Kampanye Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona ini merupakan implementasi dari unsur aman dan bersih dari 7 unsur Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan).
“Jadi, bagaimana kita menyiapkan destinasi wisatanya. Selama ini, pemerintah sudah mempromosikan pariwisata di luar negeri. Tapi di dalamnya kan harus dibenahi. Masyarakatnya siap atau tidak kalau ada kunjungan wisatawan? Khawatirnya, sudah terlanjur dipromosikan, ternyata banyak fasilitas yang kurang, keamanannya kurang, atraksinya kurang, dan sebagainya, sehingga wisatawan kecewa,” katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Made Arya Wedhantara menjelaskan, Coban Jahe dipilih oleh Kementerian Pariwisata untuk Kampanye Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona, karena situasinya nyaman, sejuk, dan memungkinkan untuk mengumpulkan pelaku pariwisata. “Saya sangat bersyukur, karena makin banyak kegiatan kementerian yang dilakukan di Kabupaten Malang,” ujarnya.
Made menambahkan, perkembangan destiniasi wisata di Kabupaten Malang cukup pesar. Jika lima tahun lalu hanya ada 60 destinasi, sekarang bertambah menjadi 169 destinasi dengan jumlah kunjungan 6,5 juta wisatawan.
“Kalau 6,5 juta kunjungan wisatawan itu dikalikan Rp 10.000 per orang, berarti ada Rp 65 miliar uang yang berputar di Kabupaten Malang untuk 169 destinasi. Ini belum dari kuliner, PHRI, handycraf dan sebagainya. Jadi, sangat luar biasa kontribusi pariwisata terhadap pengembangan perekonomian di Kabupaten Malang. Sekarang, penekannya, bagaimana kita meningkatkan SDM, mengemas event, promosi, mengemas tenaga kerja untuk mengembangkan wisata yang didukung semua OPD dan sebagainya,” katanya.
Adam, dari Tim Percepatan Home Stay yang juga hadir dalam acara itu mengatakan, saat dia menginap di Desa Wisata Ngadirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, dia menemukan warga yang ramah, menyapa, dan selalu tersenyum. “Ketika sarapan, kami dikasih nasi empok (nasi jagung) yang belum pernah saya makan. Bahkan kami juga ikut membuat sambal bakar,” katanya.
“Jadi, pengembangan home stay tidak hanya berpaku pada fisiknya saja, tapi kekuatannya ada di cerita-cerita yang ada di desa tersebut. Jadi, kearifan lokal apa yang ada di sana, diangkat menjadi aktivitas wisatawan yang datang. Kemudian aktivitas kuliner, perkebunan, budaya apa yang ada di sana, itu yang ditawarkan kepada wisatawan,” imbuhnya.
Selain itu, masih kata Adam, kualitas kamar dan kamr mandi pun harus ditingkatkan, karena kebanyakan wisatawan sangat perhatian pada kamar mandi. Mereka selalu minta agar MCK harus bersih dan ada air hangat. “Intinya, kebersihan harus dijaga, dan pengelolaan harus baik,” pesannya.
Pada acara yang juga dihadiri sejumlah camat se Kabupaten Malang itu, Kementerian Pariwisata menyerahkan bantuan peralatan home stay. Di antaranya kepada Desa Wisata Poncokusumo 25 paket; Desa Eco Wisata Sanankerto, Kecamatan Turen mendapat 11 paket; Desa Wisata Bowele Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo 21 paket; Desa Wisata Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan 14 paket; Desa Wisata Ngadirejo, Kecamatan Jabung 18 paket; Desa Wisata Sambang Sedulur Pujiharo, Kecamatan Tirtoyudo mendapat 11 paket. Paket bantuan itu dalam bentuk tempat sampah, handuk, sprei, dan selimut. (mat)