Duka Orang Tua Korban Kanjuruhan : Amplop Dari Presiden Jokowi Belum Dibuka, Hanya Butuh Keadilan
2 min readSURABAYA, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Duka mendalam yang dirasakan Devi Atok Yulfitri, orang tua Natasya Debi Ramadnani dan Nayla Debi Anggraeni serta mantan istrinya, Anggraeni, korban Tragedi Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (01/10/2022) malam, hingga sekarang belum hilang. Bahkan, amplop pemberian Presiden RI Joko Widodo, hingga kini belum dibuka. Karena ia hanya butuh keadilan.

HAL INI terungkap saat sidang lanjutan Tragedi Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (24/01/2023) siang. Dalam sidang ini, sejumlah saksi dihadirkan. Di antaranya, Devi Atok Yulfitri, Edi Utomo, anggota steward, dan Ahmad Hadian Lukita, Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB).
“Saat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, saya bertemu dengan Presiden Jokowi. Saat ditanya apa harapan kamu yang diinginkan, saya mengatakan memberikan hukuman yang seberat- beratnya (kepada) yang telah membunuh anak saya. Dan dikatakan oleh Pak Jokowi ‘ya’,” terang saksi dengan nada terbata-bata berlinang air mata.

Kematian dua anak yang masing-masing berusia 16 tahun dan 13 tahun serta mantan istrinya itu, membuatnya terpukul. Dia mengaku sudah mendapat amplop dari Presiden Joko Widodo dan pihak lain. “Dua amplop itu sampai sekarang masih utuh di rumah. Tidak saya buka. Saya hanya butuh keadilan,” tegasnya.
Devi menegaskan, proses penegakan hukum Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 135 nyawa masih belum adil. Dia juga meragukan hasil otopsi terhadap dua jenazah anaknya yang disimpulkan tewas karena terinjak-injak. Kesimpulan itu bertolak belakang dari yang dia ketahui selama mengurus jenazah kedua anaknya.
Devi Atok Yulfitri menjelaskan, saat itu ia mau menjemput kedua anaknya yang nonton pertandingan antara Arema FC vs Persebaya. Kedua buah hatinya yang masih berusia 16 tahun dan 13 tahun itu, nonton bersama mantan istri dan ayah tirinya. “Namun anak saya sudah meninggal akibat kena gas air mata. Posisinya ada di tribun berdiri, di tribun 13 Yang Mulia,” kata Devi sesenggukan menahan tangis di hadapan majelis hakim. Sontak suasana sidang terbuka itu pun hening.
Sebelumnya, Devi Atok Yulfitri mendapatkan kabar dari temannya, bahwa anaknya sudah meninggal di tribun 13. Devi disuruh temannya untuk menelpon anaknya yang bernama Naila, tetapi tidak ada jawaban. Ternyata sudah meninggal dan tergeletak, dinaikkan truk, dibawa ke rumah sakit.
Ia melihat banyak korban meninggal yang tergeletak di jalanan. Ada yang sudah meninggal dibonceng bertiga naik motor. “Saya sedih ketika melihat kedua anak dan mantan istri sudah meninggal. Sudah gosong dan hitam semuanya. Dari telinga dan mulut keluar busa. Wajahnya tidak bisa dikenali, kalau tidak tahu dengan baju yang dipakainya,” jelasnya sedih.
Masih kata Devi, saat dimandikan, mayatnya tidak ada bekas pukulan apapun. Hanya mengeluarkan busa bau amonia dari hidung, mulut, dan kuping. “Waktu ikut memandikan, dari ujung rambut sampai kaki tidak ada luka-luka atau bekas pukulan. Tetapi mengeluarkan cairan bau amonia dari hidung, mulut, dan telinga dengan warna biru dan hitam,” jelasnya mempertegas bahwa anaknya tewas bukan karena penganiayaan atau pukulan. (adi/mat)