2 Juli 2025

`

UIN Maliki Jalin Kerjasama Dengan 7 Instansi Pendidikan Luar Negeri

3 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Jawa Timur, menjalin kerjasama dengan berbagai 7 instansi pendidikan di luar negeri, Sabtu (25/09/2021). Di antaranya, Medi-Cap University India, Principal oleh Dr. Dan Pradyumna Yadaf, National Textile University, Faisalabad Pakistan, Rektor. Prof, Dr. Tanvir Hussain, MIT Art, Design, & Technology Univerisity, India, Prof. Mangesh T, Karad, Hon, Global Opportunities Commersalitation, Australia, Dr. Christ Sotiropoulos, International Global Professional, Bangladesh, Koswhik Datta: Scientific Innovation Research Group (SIRG) Egypt, Dr Ahmed Elngar,: Y Dijla Co Pvt, Ltd, Irag, Prof. Dr. Ahmed J. Obaid. 

 

Para petinggi UIN Maliki menunjukkan nota MoU yang baru ditandatangani.

 

DALAM keterangannya, Dekan FITK,  Dr. H. Nur Ali, MPd,  mengatakan, gagasan dari berbagai kalangan, baik dari dosen maupun mahasiswa yang mengikuti  International Webinar Series “The Potentials and Challenges of Teachers in Facing Digital Literacy During Pandemic Era” yang dilaksanakan 25-26 September 2021,  kerjasama ini akan sangat membantu untuk mencari problem solving dari permasalahan yang ada. Hal ini termasuk juga untuk menemukan formula yang ideal dalam pembelajaran di masa pandemi. “Hal ini guna mempublikasikan kepada dunia internasional bahwa potensi-potensi lokal yang dimiliki dapat diketahui oleh dunia luar,” jelasnya.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Jawa Timur, menjalin kerjasama dengan berbagai 7 instansi pendidikan di luar negeri, Sabtu (25/09/2021).

Seperti diketahui, di masa pandemi COVID-19  yang hampir menginjak dua tahun ini, dunia pendidikan masih tetap menerapkan pendidikan daring dan virtual. Hal ini tentunya memberikan tantangan bagi instansi pendidikan untuk dapat berdaptasi secepat mungkin. Bahkan di sebagian masyarakat, pembelajaran virtual malah menimbulkan problem tertentu.

Sementara itu, Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Zainuddin, MA, menjelaskan, laporan dari Bank Dunia yang disampaikan Menteri Keuangan, bahwa Indonesia membutuhkan waktu 45 tahun untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang pendidikan dalam hal membaca.  Sedangkan dalam hal sains,  Indonesia membutuhkan waktu 75 tahun untuk mengejar ketertinggalan di bidang Sains dibanding dengan negara lain. “Laporan ini didasarkan pada sistem pendidikan nasional saat ini,” jelasnya.

Perintah dalam mengalokasikan anggaran 20 persen dari total Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN), tentunya diharapkan bisa memberikan imbas positif bagi kemajuan bagi bangsa.  “Indonesia merupakan negara yang menempati negara dengan penduduk yang besar. Ini tentunya menjamin peran sosial mereka. Itu juga berkaitan dengan bagaimana sumber daya manusia itu bisa ditingkatkan,” kata rektor.

Bukan hanya itu, yang menjadi tantangan lain, saat ini yang menjadi pusat kebudayaan bukanlah pada dunia pendidikan, namun justru pada dunia bisnis dan politik.  Karena itu, pada situasi seperti ini, perguruan tinggi Islam,  dan pada umumnya,  tentunya akan terganggu. Sebab, hal ini merupakan sebuah ancaman.

“Maka dari itu, setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, harus membangun paradigma pendidikan Islam yang riil, antroposis yang menyangkut nilai kemanusiaan untuk memberi pendidikan dan menanamkan nilai-nilai Islam kepada peserta didik.  Kedua,  harus berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang menanamkan nilai juang dan etos kerja yang tinggi. Selain itu, tentunya harus juga menerapkan model pembelajaran yang terintegratif dalam berbagai aspek,” terang rektor.

Menurut Rektor UIN Maliki, “Kita harus berkomitmen untuk menjawab isu penting, yaitu globalisasi dan persaingan dengan menguasai IT, diimbangi dengan kekuatan spiritual dan etika. Yang terkahir, semua harus berkomitmen untuk menyebarkan Islam yang damai, moderat, dan toleran. Saya berharap seminar ini dapat merumuskan berbagai problem dan tantangan yang dihadapi para guru di era digital 4.0 ini,” pungkasnya. (div/mat)