24 Mei 2025

`

Keris, Sugesti dan Piandel bagi Pemiliknya

2 min read
Keris, salah satu warisan peninggalan budaya adiluhung bangsa.

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – KERIS ADALAH SALAH SATU WARISAN BUDAYA DUNIA ASLI INDONESIA, YANG SUDAH DIAKUI UNESCO. SEBAGAI BANGSA INDONESIA, TENTU PATUT BERSYUKUR DAN MERAWAT ASET BANGSA. KERIS JUGA BISA MENJADI SUGESTI DAN PIANDEL BAGI PEMILIKNYA DENGAN SINERGITAS (BERJODOH).

 

KERIS sendiri bermakna, Sinengker Karana Aris yakni di dalam Keris terdapat rahasia kebijakan yang tersimpan di dalamnya. Jadi tidak hanya dilihat dari bentuknya saja, tetapi harus dilihat dari segala aspek yang menyertainya.

Salah satu pecinta dan pemerhati keris, R. Hestu Bradjaningrat, warga Jl. Cisadane, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, menjelaskan, bahwa nama jenis keris, sudah mencapai ratusan.

“Nama keris di Indonesia, sudah mencapai ratusan jumlahnya. Terkadang, beda orang juga beda memberikan devinisinya. Karena itu, perlunya ada paguyuban untuk menyamakan persepsi, dan menambah wawasan,” tutur R. Hestu ditemui di kediamannya.

Menurutnya, meskipun beragam nama, namun keris dibagi dalam 2 nama kelompok besar. Yakni keris tangguh lama, keris di jaman kerajaan atau sebelum merdeka dan keris kamardikan atau sesudah merdeka menjadi NKRI.

“Untuk memudahkan pemahaman, kami sering melakukan diskusi di paguyuban, untuk saling mengisi dan bertukar pikiran. Selain itu, dibukukan, sehingga mempunyai pakem untuk acuan. Itu dilakukan guna mencintai budaya, pelestarian serta konservasi. Termasuk revitalisasi dengan membentuk baru yang berkelanjutan dan kesinambungan,” lanjut pria yang menjabat bidang kajian dan pelestari budaya Paguyuban Keris Ajisaka Malang ini.

Lebih lanjut ia menjelaskan, menurut kebiasaan di Jawa, ada 5 point untuk kesempurnaan laki – laki. Mulai dari wisma (rumah), wanito (istri), turonggo (kendaraan), kukilo (kelangenan) serta curigo (piandel) untuk melindungi dan pelengkap kesempurnaan.

Disinggung apakah dengan memiliki keris dengan kekuataan mistis yang ada di dalamnya kategori Syirik, hal itu menurutnya tergantung pola pikir dan cara pandangannya.

“Ada beberapa ciri keris jaman dulu, hal itu dikarenakan Empu (pembuat keris) bisa menyesuaikan dengan keperluan pemesan. Tentunya dipengaruhi oleh bahan besi untuk keampuhan, baja untuk ketajaman serta pamor (batik-an) lambang pengharapan. Sementara saat ini, lebih kepada pengrajin keris lebih kepada kebutuhan ekonomi. Pemesan juga lebih mengarah seni fisiknya,” pungkas R. Hestu, dari trah Kerajaan Surakarta, dengan ratusan koleksi kerisnya ini. (ide)