Singosari Dimasuki Teroris, Camat Perintahkan Kades Giatkan Siskamling
2 min readMALANG, TABLOID JAWA TIMUR. COM – Setelah Tim Densus 88 Anti Teror mengamankan terduga teroris di Banjararum, Kepuharjo dan Candirenggo, Muspika Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, langsung memerintahkan para kepala desa/lurah —melalui RT/RW— mendata warganya, by name, by adress untuk mengantisipasi teroris.
HAL INI disampaikan Camat Singosari, Eko Margianto usai memimpin rapat tiga pilar (TNI, Polri dan Pemerintah) bersama para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan sejumlah undangan lainnya di kantor kecamatan setempat, Jumat (18/05/2018) pagi.
Menurut Eko Margianto, untuk antsipasi teror yang sudah masuk Singosari, menyebar di Desa Banjararum dan Kelurahan Candirenggo, serta melibatkan empat orang terduga teroris, Muspika memerintahkan setiap kepala desa/lurah untuk menggiatkan pamswakarsa dan siskamling.
“Kedua, tamu wajib lapor. Dalam hal ini yang punya rumahlah yang wajib lapor kepada RT/RW maupun ke desa setempat. Ketiga, kepala desa/lurah, melalui RT/RW, harus melakukan pendataan warganya per RT, by name by adress. Sehingga kalau ada pendatang, baik kontrak atau kos, bisa diketahui asalnya. Kalau ada yang mencurigakan, lapor ke aparat,” kata Eko Margianto.
Hal ini disambut baik Kepala Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, H. Mufid. Untuk mengantisipasi teroris masuk desa, pihaknya akan mendeteksi kedatangan warga baru.
“Tidak harus menunggu 1 x 24 jam. Begitu ada tamu yang mencurigakan, kita langsung mengambil langkah-langkah antisipasi agar tidak kecolongan. Dan ini sudah kami lakukan satu minggu ini sejak kejadian di Surabaya. Sebab, ternyata pelakunya kan dari Singosari,” kata H. Mufid.
Selain itu, Pemerintah Desa Baturetno juga fokus mengawasi perumahan. Sebab, perumahan lebih banyak diisi para pendatang. “Kebetulan di desa kami ada dua perumahan skala kecil, yakni Awan Jingga 50 rumah dan Griaya Nagari yang sebagian besar masuk Desa Watugede namun berbatasan dengan Dusun Benel, Desa Baturetno. Namun tetap kami awasi untuk antisipasi,” katanya.
Namun Kepala Desa Baturetno ini sedikit lega, karena perumahan-perumahan tersebut, khususnya Awan Jingga, lebih banyak diisi aparat. “Perumahan ini diisi para pendatang, tapi identitas mereka jelas. Seperti di Awan Jingga, 75 % dari aparat. Ada juga aparat yang sudah pensiun. Di Perumahan Griaya Nagari macam-macam. Ada aparat, masyarakat umum, dan ada yang dari Surabaya. Tapi surat pindahnya sudah lengkap dan sudah menetap lebih dari satu tahun,” katanya.
Selain itu juga melakukan koordinasi dengan ormas keagamaan, semacam NU dan tokoh agama. “Sebab, tanpa tokoh agama, perangkat desa juga kesulitan untuk menyampaikan aliran yang benar dan sesat itu seperti apa. Ini harus disampaikan tokoh agama yang paham betul tentang agama. Islam yang benar yang semacam apa,” pungkas Mufid seraya menambahkan tiap malam selalu mengadakan siskamling. (mat)