27 April 2024

`

Selama Ramadhan, WBP Lapas Perempuan Kelas II A Malang Gelar Tadarus

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Berbagai kegiatan kerohanian digelar di Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Jawa Timur, pada Ramadhan 1445 H/2024 M. Salah satunya tadarus Al Quran. Ini dilakukan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang punya berbagai masalah hukum.

 

Sejumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Jawa Timur, menggelar tadarus di Aula Kartini Lapas Perempuan, Malang, selama Ramadhan 1445 H/2024 M.

 

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Jawa Timur, juga mengikuti berbagai pelatihan keterampilan, seperti merajut, untuk bekal keterampilan setelah bebasdari Lapas Perempuan, Malang.

KEPALA Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Yunengsih, menjelaskan, kegiatan pembinaan rohani, seperti tadarus Al Quran, merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan Lapas Perempuan Malang kepada WBP. “Ini penting dilakukan untuk menjaga harmonisasi para penghuninya dan untuk menciptakan rumah bersama yang jauh dari huru hara. Karena kami tak sekadar memenjarakan mereka yang bersalah, tetapi lapas menjadi sekolah agar setelah bebas mereka tak hilang arah,” jelasnya, belum lama ini di kantornya.

“Apalagi di bulan Ramadhan seperti sekarang, bagi yang muslim, kita gerakan kegiatan tadarus Al Quran yang dipusatkan di Aula Kartini Lapas Perempuan Malang. Ini rutin dilakukan setiap hari selama Ramadhan. Tidak ada target khusus bagi WBP yang mengikuti tadarus. Namun bagi WBP tertentu yang ilmu agamanya sudah tinggi, dalam sehari bisa menyelesaiakan 4 sampai 5 juz,” jelas Yunengsih.

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Jawa Timur, juga mengikuti berbagai pelatihan keterampilan, seperti membuat kue, untuk bekal keterampilan setelah bebasdari Lapas Perempuan, Malang.

Di satu sisi, masih kata Yunengsih, masih ada berbagai pembinaan yang diberikan untuk membekali para warga binaan agar mampu mandiri dan berdaya saat kelak kembali ke tengah masyarakat. “Ada dua pembinaan pokok di lapas ini, yakni pembinaan kemandirian dan kepribadian. Untuk pembinaan kemandirian kami bekerjasama dengan beberapa stakeholder, seperti Balai Latihan Kerja (BLK) dan pihak swasta,” jelasnya.

Pembinaan kemandirian yang diberikan merupakan keterampilan. Seperti merajut, menjahit, ecoprint, membuat peralatan rumah tangga, dan mengolah aneka makanan.

“Sehingga skill mereka bisa tersalurkan. Alhamdulilah mereka kerap mendapat pesanan dari luar. Bahkan kopiah rajut sudah memiliki langganan. Selain mendapat keterampilan, mereka pun mendapat penghasilan berupa premi yang bisa dimanfaatkan untuk dirinya sendiri atau untuk persiapan mereka saat pulang nanti,” terangnya.

Menurut Yunengsih, ragam kegiatan yang ada di lapas juga menepis anggapan bahwa kehidupan warga binaan di lapas hanya makan dan tidur. Karena di sini banyak kegiatan pemberdayaan yang diberikan di lapas untuk mengembangkan bakat dan minat warga binaan. Selain pelatihan keterampilan, warga binaan juga bisa mengembangkan potensi seperti berlatih band, tari, hingga gamelan.

“Kami mohon dukungan kepada masyarakat agar saat mereka kembali ke tengah-tengah masyarakat dapat diterima dengan baik agar lebih baik dan berdaya guna,” harap Yunengsih. (div/mat)