19 Mei 2025

`

Menjadi Guru Yang Bahagia

2 min read
*Oleh : Nina Lailatul Muslimah, S.Pd. Guru SD Islam Sabilillah Malang 2

Menjadi guru adalah profesi yang mulia dan penuh tantangan. Guru hebat bukan hanya mereka yang mampu menyampaikan bahan ajar sesuai dengan pedoman administratif saja, namun juga dapat memberikan dampak positif sehingga ilmu yang disampaikan betul-betul melekat pada diri peserta didik. Tugas guru lebih dari sekedar menyalurkan pengetahuan, namun juga memiliki peran penting dalam mendidik, mengasuh, dan membentuk nilai-nilai moral dan etika.

 

 

Nina Lailatul Muslimah, S.Pd, Guru SD Islam Sabilillah Malang 2.

DI DALAM kelas, guru menjadi seseorang yang digugu dan ditiru. Layaknya sebuah cermin, kita dapat melihat cerminan seorang guru dari sikap peserta didiknya. Karena apa pun yang dilakukan seorang guru, baik perkataan maupun perbuatannya,  akan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab tersendiri dan tidak jarang menjadi beban mental bagi seorang guru. Oleh sebab itu di tengah tekanan akademik dan berbagai karakter siswa, hal yang paling utama adalah guru juga harus selalu bahagia.

Mengapa guru harus selalu bahagia? Karena tingkat kebahagiaan seorang guru memiliki dampak yang besar terhadap proses dan hasil pembelajaran di kelas. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa hanya orang bahagia yang mampu membahagiakan orang lain. Guru yang mengajar dengan hati yang riang, mampu menularkan energi positif bagi orang di sekitarnya. Tentunya suasana kelas akan menjadi hangat, penuh canda tawa, dan menyenangkan. Kondisi ini akan membuat siswa lebih semangat dan termotivasi dalam meningkatkan kreativitas mereka. Sehingga sekolah akan menjadi tempat yang membahagiakan dan dirindukan. Bukan malah sebaliknya. Bayangkan jika seorang guru mengawali pembelajaran dengan suasana hati yang buruk, hal-hal kecil yang terjadi di dalam kelas mungkin dengan mudah memicu amarah guru. Dampaknya, guru akan mengomel sepanjang pembelajaran. Hal ini tentu tidak berdampak baik bagi psikologis peserta didik. Mereka menjadi bosan dan berharap pembelajaran akan secepatnya selesai. Akibatnya,  tujuan pembelajaran tidak berhasil karena sulit bagi peserta didik menerima asupan ilmu pengetahuan dengan kondisi tersebut.

Lalu bagaimana sikap kita sebagai guru agar selalu merasa bahagia? Menurut pengalaman penulis dan beberapa referensi dari berbagai sumber ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, membangun afirmasi positif. Selalu meyakinkan diri bahwa kita bisa menjadi guru yang baik. Mengucapkan doa dan harapan baik sebelum masuk ruang kelas. Kedua, memisahkan hal pribadi dan pekerjaan. Sebagai manusia biasa merupakan hal yang wajar jika bekerja dalam keadaan memikirkan masalah yang terjadi di rumah. Namun jangan sampai hal tersebut menyebabkan kita memulai pembelajaran dengan suasana hati yang buruk. Tidak membawa masalah di rumah ke sekolah dan  sebaliknya,  perlu dilakukan untuk menjaga suasana hati tetap bahagia.

Ketiga, memiliki waktu untuk menyenangkan diri sendiri. Selalu mengatur waktu untuk istirahat dan melakukan hobi. Melakukan olahraga, yoga, atau meditasi dapat membantu meningkatkan ketenangan dan mengurangi stres. Jiwa yang sehat dimulai dari hati yang bahagia, guru yang bahagia akan melahirkan peserta didik yang bahagia pula. Jangan lupa untuk bahagia dimanapun berada. (*)