DPRD Kab Malang: Evaluasi Sistem Pendidikan Nasional
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Tumbuh kembangnya suatu bangsa, tergantung pada warga negaranya, utamanya para generasi muda, sayangnya dewasa ini rasa nasionalisme pada para anak muda cenderung mengalami penurunan, hal ini menjadi keprihatinan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Malang.

BANYAK faktor yang menyebabkan lunturnya rasa kebangsaan para generasi muda, salah satu yang paling dominan adalah sistem pendidikan atau kurikulum sekolah. Ketua DPRD Kabupaten Malang, Drs. Hari Sasongko tidak menampik jika ada yang keliru dalam pendidikan sekolah, sehingga rasa nasionalisme para pemuda dianggap tidak tebal lagi.
“Kita menyadari hal itu, saat ini memang sistem yang didengungkan adalah sistem pendidikan karakter. Tapi jam pelajaran seperti agama, sejarah maupun kewarganegaraan cenderung dikurangi, akibatnya tidak bisa dipungkiri, banyak anak muda kita gagal paham sejarah dan budaya bangsa, adab dan perilaku tidak lagi seperti dulu,” terang Hari, Jumat (15/02/2019).
Keadaan ini menurut Hari, diperparah dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi di era globalisasi. “Dengan internet, budaya luar bisa masuk dengan mudah sekali, jika para anak muda tidak paham akar sejarah dan budaya bangsa, bagaimana nantinya? Harusnya pendidikan kita seimbang, mencerdaskan dibidang akademik, namun juga harus bisa memperkuat karakter bangsa,” beber politisi PDIP asal Kecamatan Tajinan.
Lebih lanjut, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Malang, Kusmantoro Widodo, SH mengaku miris dengan perilaku anak didik yang sering melawan bahkan berani menganiaya guru. “Sudah terjadi dekadensi moral di anak muda sekarang, jaman saya dahulu, meskipun dimarahi, bahkan sampai dipukul guru, kita tetap diam, tidak melawan. Sekarang? Banyak kejadian yang membuat kita prihatin, berarti ada yang kurang benar dengan sistem pendidikan kita,” keluhnya.
Politisi Partai Golkar ini, tidak menyanggah, dengan dikurangi jam belajar seperti mata pelajaran agama, sejarah, kewarganegaraan di lembaga sekolah, turut menyebabkan penyimpangan perilaku dan moral siswa akhir-akhir ini.
“Sekarang bagaimana bisa kita mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi jika tidak mengerti sejarah bangsa sendiri. Setiap pemimpin atau Presiden kita selalu mengatakan jangan pernah lupa sejarah. Padahal dalam sejarah perjuangan negara kita, seringkali perubahan selalu datang dari para pemuda, kalau pemudanya nasionalismenya sudah tidak ada lagi, mau dibawa kemana arah bangsa ini,” ungkap Kusmantoro.
“Sebenarnya keprihatinan kita ini sudah lama, kita akan suarakan hal ini ke DPR RI, semestinya ada semacam tinjauan ulang atau evaluasi pada sistem pendidikan kita,”pungkas pria asal Singosari ini. (diy)