24 Maret 2025

`

Age Challenge Mewabah, Pakar Sebut Ini Adalah Gejala Fashion Menular

3 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Akhir-akhir ini jagad dunia maya marak dengan adanya berita dan sorotan terhadap fenomena Age Challenge. Age Challenge tidak lain adalah sebuah aplikasi yang dibuat oleh kreatornya untuk bisa menjadikan tampilan wajah seseorang menjadi lebih tua puluhan tahun dari usia sebenarnya.

 

 

Dr. Sakban Rosidi, M.Si.

PARA PAKAR dan pengamat sosial pun mempunyai tanggapan dan pendapat yang beragam. Salah satunya menilai jika fenomena ini disebut sebagai gejala fashion massal yang bisa mewabah dan menular.

“Saya melihat fenomena ini adalah gejala fashion massal yang bersifat imitatif yaitu menular dan mewabah,” tegas DR Sakban Rosidi, M.Si, Pengamat Sosial Malang Raya.

Pria yang juga Peneliti Kebijakan Publik, Direktur Sekolah Pascasarjana, IKIP Budi Utomo Kota Malang ini mengungkapkan, tindakan rame-rame menampilkan wajah tua dengan aplikasi “age challenge” merupakan salah satu bentuk perilaku massa, yang disebut fashion kekinian.

Menurutnya, Fashion adalah produksi, konsumsi dan institusionalisasi kebaruan, yang merupakan gejala budaya yang memadukan unsur budaya, individu dan ekonomi. Era pascamodern, fashion juga mengalami perluasan cakupan, tak hanya dalam pakaian, perhiasan dan riasan, tetapi juga perilaku dan kebiasaan.

Memang salah satu ciri kebudayaan pascamodern adalah penonjolan tampilan, gaya dan main-main, bukan muatan, pesan atau keseriusan. Mengapa bisa mewabah? Karena dalam fashion terkandung dua unsur sekaligus, yaitu: sebuah gagasan (an idea) sekaligus harapan (an ideal).

Dengan aplikasi, mengubah tampilan wajah seseorang menjadi lebih tua puluhan tahun dari usia sebenarnya.

Pembuat aplikasi, sebagai pelaku ekonomi kreatif, pasti sudah memperhitungkan dan mengupayakan agar tantangan itu lebih memberikan kesenangan sesuai harapan, ketimbang kemungkinan kenyataan. Sebagai fashion, aplikasi “age challenge” tergolong aman dan cukup menyenangkan bagi sejumlah orang.

Tidak lebih berbahaya ketimbang “challenge-challenge” dalam dunia nyata, termasuk fashion “prank” yang acapkali mengorbankan orang lain. Rasa senang dan tawa terhadap “Prank”, cermin kegagalan seseorang dalam meningkatkan kualitas tawanya.

“Sebagai fashion, aplikasi “age challenge” tergolong tidak berbahaya dan rekreatif bagi sejumlah orang, ” tutur SAKBAN.

Waspadai Pencurian Data

Sementara itu, Sugeng Winarno, Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang mempunyai analisis berbeda dari SAKBAN. Dalam tulisan yang dimuat di terakota.id, Sugeng mengatakan jika Medsos, atau media lain yang beroperasi dengan bantuan internet adalah media yang paling tak aman.

Internet dan medsos tergolong unsecure media. Lihat saja sejumlah bukti selama ini. Tak sedikit kejahatan terjadi di dunia maya. Modus operandinya juga beraneka rupa. Penipuan, pembobolan akun bank, pencurian data pribadi, pencurian password, dan beragam kejahatan muncul lewat internet dan beragam media bawaannya.

Dalam kaitan dengan munculnya FaceApp ini juga ditakutkan oleh sejumlah pihak. Seperti diberitakan banyak media, Aplikasi FaceApp adalah buatan start up Rusia bernama Wireless lab. Aplikasi yang telah dirilis sejak 2017 itu bekerja dengan menggunakan artifisial teknologi untuk dapat mengubah foto penggunanya.

Agar dapat mengunduh aplikasi ini, setiap calon pengguna harus menyetujui dan mengizinkan pengelola aplikasi menggunakan foto-foto dan sejumlah data pribadi pengguna aplikasi. Dikhawatirkan lewat aplikasi ini data-data yang sifatnya privat milik penguna aplikasi seperti foto, sandi, informasi lokasi, penggunaan data, dan riwayat pencarian bisa diketahui dan dimanfaatkan oleh pemilik aplikasi.

Data-data privat itu rawan disalagunakan. Disinilah letak bahayanya. Kasus skandal Cambrige Analytica yang mencuat beberapa waktu silam adalah salah satu contoh pencurian data personal. Cambrige Analityca terbukti telah menggunakan data privat sejumlah pengguna Facebook untuk kepentingan sang pengguna data.

Menanggapi heboh tren FaceApp dan sejumlah bahaya yang mungkin muncul maka tak perlu terlalu risau.

“Sejatinya tak ada yang aman di internet. Kuncinya semua harus waspada dan berhati-hati ketika menggunakan media maya ini karena implikasinya bisa sampai ke dunia nyata,” tegas Sugeng. (hadi)