UMM – Kemenlu Gelar Debriefing Kepala Perwakilan RI
3 min read
MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri (BPPK Kemlu) menggelar Debriefing Kepala Perwakilan Republik Indonesia, Jumat (29/01/2021).

AGENDA tersebut dihadiri H.E. Priyo Iswanto (Duta Besar LBBP RI untuk Republik Kolombia, merangkap Antigua dan Barbuda, Saint Cristopher dan Nevis) dan Rektor UMM, Dr. Fauzan M.Pd. Turut datang Direktur Utama Amerika II, Darianto Harsono, serta jajaran pejabat kampus UMM. Selain itu juga menghadirkan secara virtual Kepala BPPK Kemlu, Dr. Siswo Pramono, LL.M.
Dalam acara itu, H.E. Mochammad Luthfie Witto’eng (Duta Besar LBBP RI untuk Republik Bolivar Venezuela merangkap Persemakmuran Dominika,Grenada, Saint Lucia, Saint Vincent dan The Grenadines dan Trinidad dan Tobago periode 2016-2020) dan H.E. Tito Dos Santos Baptista (Duta Besar LBBP RI untuk Republik Mozambik merangkap Republik Malawi periode 2016-2020), didapuk sebagai pembicara.
Siswo Pramono menjelaskan, agenda ini menjadi wadah penyampaian pertanggungjawaban publik bagi para kepala perwakilan Indonesia, khususnya yang telah menyelesaikan pengabdiannya di luar negeri. Ia berharap forum ini bisa menyajikan informasi terkait pelaksanaan visi dan misi yang sudah diamanatkan kepada para kepala perwakilan. “Pada acara-acara seperti ini, kita juga bisa mendapatkan masukan langsung dari para pakar, akademisi, dan masyarakat,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UMM, Dr. Fauzan M.Pd, menegaskan debriefing ini tentu dapat memberikan informasi lebih lanjut terkait kondisi wilayah para duta besar bertugas. Ia menilai, ada berbagai hal menarik dan penting yang bisa ditindaklanjuti.
Mochammad Luthfie Witto’eng, menjelaskan terkait wilayah di mana ia mengabdi, utamanya Venezuela. Ia mengatakan, Venezuela mengalami rentetan krisis, mulai dari krisis politik hingga ekonomi. Ketegangan antara pemerintah dan oposisi masih terus berlangsung, hingga puncaknya Juan Guaido naik menjadi presiden interim, padahal Maduro masih menjadi presiden bagi Venezuela.
Negara tersebut juga tak lepas dari krisis ekonomi. Meski dikenal sebagai salah satu negara dengan penghasil minyak terbesar, mereka tidak bisa lari dari jeratan krisis ekonomi. Salah satu penyebabnya adalah nasionalisasi perusahaan minyak yang diberikan kepada pihak tak berkompeten. Selain itu subsidi yang terlampau besar membuat masyarakat menjadi manja. “Hingga akhirnya ketika harga minyak turun, krisis ekonomi menerpa Venezuela. Subsidi dikurangi, utamanya pada aspek kesehatan,” ungkap Luthfie.
Meski demikian, pihak KBRI Indonesia masih terus berusaha untuk menjalin kerjasama. Bahkan sempat menggelar business meeting yang mendorong pengusaha Venezuela membangun hubungan perdagangan dengan Indonesia. “Sayangnya, krisis ekonomi belum berakhir. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi seperti ini. Jadi tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal,” terang Mochammad Luthfie.
Sementara itu, Tito Dos Santos Baptista, menggambarkan tantangan, dinamika, dan kondisi politik serta ekonomi Mozambik dan Malawi. Meski kedutaan di Mozambik baru dibuka pada tahun 2009, namun sudah memberikan peningkatan kualitas kerja sama. Ia menilai, aspek ekonomi, khususnya investasi, harus lebih didorong agar bisa memberi dampak lebih.
Tito juga berharap agar Mozambik bisa menjadi entry gate untuk produk-produk Indonesia ke negara-negara tetangga di Afrika. Di samping itu, Mozambik juga bisa menjadi negara strategis, mengingat dukungannya terhadap Indonesia di PBB yang cukup baik. “Tak lupa sektor budaya yang perlu dikembangkan, karena dapat membantu kerjasama di bidang-bidang lainnya,” terangnya.
Pada akhir forum, Dr. Ben Perkasa Drajat, selaku Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa menyimpulkan, ada banyak hal menarik yang sudah disampaikan oleh kedua pemateri. Hal-hal tersebut bisa diteliti dan dikaji lebih lanjut agar bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
“Menurut saya, banyak fenomena unik yang bisa dikaji lebih dalam. Sebut saja hubungan ekonomi yang malah semakin baik antara Indonesia dan Venezuela, padahal berada di tengah situasi pandemi,” pungkasnya. (div//mat)