1 Juli 2025

`

UMM Bantu Psikososial Pengungsi Banjir dan Longsor Nganjuk

3 min read

NGANJUK, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Banjir dan tanah longsor yang terjadi di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, 14 Februari 2021 lalu tidak hanya membawa kerugian materi bagi para korban. Tapi secara psikologi, baik anak-anak maupun orang dewasa, juga mengalami dampak bencana tersebut.

 

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membuka Posko Layanan Dukungan Psikososial untuk korban banjir dan tanah longsor di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.

 

MELIHAT hal ini, Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membentuk dua tim yang diberangkatkan secara bergantian dalam dua gelombang. Satu tim,  saat ini telah berada di desa tersebut sejak Sabtu (20/02/2021) dan memberikan dukungan psikososial bagi para penyintas.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, yang tergabung dalam Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana), melakukan konsultasi dengan anak-anak korban banjir dan tanah longsor di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.

“Setiap tim terdiri dari 5 mahasiswa dari berbagai fakultas. Fokus mereka pada kegiatan psikososial,  baik untuk orang  dewasa maupun anak-anak,” kata Rindya Fery Indrawan, Ketua Maharesigana UMM, Selasa (23/02/2021).

Setelah melakukan assessment selama 3 hari di tempat pengungsian, Koordinator Tim Psikososial Kelompok I, Ahmad Hendra Purwanto mengungkapkan, para pengungsi saat ini menyampaikan banyak keluhan, baik secara fisik maupun kondisi psikologi. Mulai dari ketakutan, rasa khawatir, gelisah,  bahkan rasa bersalah yang sangat dalam.

“Ada seorang nenek yang terus menyesali keputusannya membiarkan cucunya pulang ke rumah orang tuanya. Si nenek bilang, seandainya saja ia menahan si cucu, mungkin hingga kini cucunya masih hidup. Tidak terkubur longsor bersama ayah ibunya,” ujar Hendra.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, yang tergabung dalam Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana), melakukan konsultasi dengan korban banjir dan tanah longsor di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.

Kondisi sejenis ini yang kemudian menjadi fokus tim untuk melakukan Psychological First Aid (PFA) atau tindakan humanis dan mendukung dalam membantu seseorang yang menderita dan membutuhkan bantuan akibat bencana alam atau krisis. “Tujuannya,  menghindari kondisi psikologis yang lebih buruk lagi. Jadi menenangkan, memberikan rasa aman,  dan nyaman. Kalau kebutuhan fisik sudah tercukupi dari pemerintah daerah yang sangat tanggap,” tambah Hendra.

Tidak hanya bagi orang dewasa, Tim Maharesigana UMM juga fokus pada anak-anak yang juga mengalami tantangan tersendiri. Mereka didera rasa bosan dan  keinginan yang kuat untuk dapat beraktivitas seperti biasa. Padahal keadaan masih belum memungkinkan.

“Layanan dukungan psikososial untuk anak-anak kami berikan dengan membuat jadwal untuk mereka agar tidak jenuh. Jika sebelumnya banyak komunitas atau lembaga lain terus mengajak bermain, kini waktunya kami atur. Kasihan kalau diajak bermain terus anak-anak juga akan lelah dan itu tidak baik untuk imun mereka, apalagi di masa pandemi seperti ini,” tambahnya.

Hendra lalu menguraikan, penjadwalan dilakukan meliputi kegiatan senam di pagi hari, assasment, istirahat, dan mengaji. Ragam ini penting agar anak-anak tidak merasa jenuh.  “Baik pengungsi dan tim harus mendapat istirahat yang cukup, sehingga kondisi tubuh tetap terjaga. Selain itu, kondisi fisik dan spiritual juga tetap harus diperhatikan. Untuk ibu-ibu akan didatangkan ustadzah untuk mengajar mengaji,” ujarnya.

Zakarija Achmat, S.Psi., M.Si,  selaku pembina Maharesigana UMM menyampaikan, pihaknya mempersiapkan dengan baik untuk pemberangkatan para relawan. Selain mendapat pembekalan dari Laboratorium Psikologi Terapan Psikososial UMM tentang bantuan psikologis awal, kesehatan para relawan juga menjadi fokus.

“Kita kirimkan 10 relawan. Lima orang seminggu, nanti ditarik, diganti tim yang lain,  karena masih dalam situasi seperti ini. Itu pun harus melalui protokol. Begitu sampai langsung rapid test, swab antigen. Jangan sampai kedatangan para relawan justru menimbulkan cluster baru, ” urainya.

Zakarija melanjutkan, UMM berharap keberadaan para relawan Maharesigana UMM di sana dapat meringankan beban para korban banjir dan tanah longsor. Utamanya dalam sisi psikologis,  baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.

“Semoga ini dapat meringankan beban, minimal beban psikologisnya karena memang relawan kita pendekatannya pendekatan psikososial. Misalnya karena para orang dewasa fokus untuk mengembalikan keadaan pada sistuasi normal,  anak-anak kemudian menjadi tidak terlalu terperhatikan termasuk dalam pendidikan. Teman-teman relawan akan membantu proses pendidikan ini tetap berjalan. Bukan berati menggantikan guru, tapi lebih secara umum. Contohnya seperti story telling,” pungkasnya. (div/mat)