29 Maret 2024

`

Komunikasi FISIP UB Tidak Anti Barat

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Jurusan Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya (UB)  Malang, Jawa Timur, berusaha membangun ilmu komunikasi yang anti arus utama dan memiliki ciri khas Indonesia, dan tidak anti Barat. Bahkan, kedepan, Jurusan Komunikasi FISIP-UB akan mencoba bekerjasama dengan jurusan komunikasi di kampus-kampus lain untuk mengembangkan ilmu komunikasi yang berbasis kearifan lokal Indonesia.

 

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP-UB menggelar Seminar tentang Peluang Pengembangan Keilmuan Komunikasi di Era Pembelajaran Digital Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Selasa (23/02/2021) yang dilakukan secara daring, diikuti tiga jurusan komunikasi dari Universitas Brawijaya Malang, Universitas Mataram, dan Universitas Tadulako (Palu).

 

HAL INI disampaikan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP-UB, Dr. Antoni, M. Si, saat seminar tentang Peluang Pengembangan Keilmuan Komunikasi di Era Pembelajaran Digital Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Selasa (23/02/2021). Seminar yang dilakukan secara daring ini diikuti tiga jurusan komunikasi dari Universitas Brawijaya Malang, Universitas Mataram, dan Universitas Tadulako (Palu).

Seminar daring dilaksanakan dua sesi. Pada sesi pertama, diisi Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP-UB, Dr. Antoni, M. Si. Sesi kedua menampilkan tiga pembicara dari ketiga kampus itu secara panel, Rachmat Kriyantono, P.hD (FISIP-UB), Dr. Ir. Agus Purbatin Hadi, M.Si (FISIP-Unram), dan Dr. Ilyas Lampe, M.Si (FISIP-Untad).

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP-UB, Dr. Antoni, M.Si, menjelaskan, Jurusan Komunikasi FISIP-UB berusaha membangun ilmu komunikasi yang anti arus utama dan memiliki ciri khas Indonesia. “Kita tidak anti Barat, karena ilmu yang dipelajari berasal dari sana. Tetapi kita punya agenda keindonesiaan,” jelasnya.

Kedepannya, menurut Antoni, Jurusan Komunikasi FISIP-UB akan mencoba bekerjasama dengan jurusan komunikasi di kampus-kampus lain untuk  mengembangkan ilmu komunikasi yang berbasis kearifan lokal Indonesia.

Sementara Rachmat Kriyantono, pembicara dari UB menjelaskan, Komunikasi FISIP-UB sudah melakukan penelitian yang didasari kearifan timur (termasuk lokal Indonesia). Kajian kelokalan itu akan berhasil bila masyarakat Indonesia memiliki kebanggaan dengan hasil lokal.

Sedangkan Ilyas Lampe menyampaikan implementasi, peluang,  dan tantangan merdeka belajar. Targetnya,  lulusan perguruan tinggi harus kreatif, inovatif, berdaya saing tinggi, memiliki jiwa enterpreneur, dan bewawasan global. “Tetapi tantangan juga banyak. Antara lain, masalah magang yang berkualitas, pertukaran mahasiswa, program membangun desa, dan asisten mengajar,” tambahnya.

Sementara Agus Purbatin menjelasan kondisi di NTB dan NTT yang tidak sama dengan di Pulau Jawa.  Banyak yang harus ditingkatkan agar pada masa mendatang menjadi  baik. (div/mat)