12 Mei 2025

`

UB Kembangkan IoT Berbasis GIS di Semeru

2 min read
"Ke depannya, penggunaan IoT berbasis geospasial ini bisa digunakan untuk perencanaan pemulihan area terdampak erupsi Semeru, seperti reboisasi atau penanaman kembali untuk hutan yang gundul karena longsor atau karena dampak bencana."

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS) untuk melakukan mitigasi bencana di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Ini salah satu daerah terdampak erupsi Gunung Semeru.

 

Adi Pandang Yudono, S.Si., MURP, Ph.D, dosen UB yang mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS).

 

ADI PANDANG Yudono, S.Si., MURP, Ph.D, dosen UB yang mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS), melalui Humas UB, menjelaskan, metode itu sudah diterapkan saat pasca erupsi Semeru hingga masa-masa pemulihan.

“Pasca erupsi Semeru, teknologi IoT digunakan untuk memasukkan data, seperti jumlah pengungsi, logistik, sebaran penyintas, lokasi posko, obat-obatan,  dan makanan. Sedangkan di masa-masa pemulihan, teknologi IoT berbasis GIS digunakan untuk memetakan wilayah yang terdampak untuk pertanian, peternakan, serta sektor lain seperti sekolah yang rusak,” jelas Dosen Prodi Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik UB ini, Jumat (30/09/2022).

Dia menjelaskan, data-data yang dihasilkan oleh IoT bisa menjadi informasi krusial, terutama dalam menangani lokasi terdampak, sehingga bisa dijadikan supporting system untuk penentuan kawasan yang layak huni kembali maupun didelineasi sebagai kawasan lindung.

Pakar Vulkanologi dan Geothermal Universitas Brawijaya (UB),  Prof. Sukir Maryanto, S.Si., M.Si., Ph.D,  mengatakan, sistem IoT bisa bekerja dengan dua metode, melalui media manusia dan menggunakan sensor. “Media manusia, kerja IoT menggunakan tiga tahapan. Yakni, memasukan atau inputing data. Pada saat data dimasukkan akan dilakukan pengelolaan,” katanya.

Lalu, dari manajemen database, akan diteruskan ke operasional dashboolard. Operasional dashboard berisi infografis sebaran kegiatan, jumlah kegiatan,  serta grafiknya. Sedangkan secara elektronik, IoT melakukan inputing data berdasarkan sensor-sensor secara elektronik yang dipasang di suatu tempat.

“Ke depannya, penggunaan IoT berbasis geospasial ini bisa digunakan untuk perencanaan pemulihan area terdampak erupsi Semeru,  seperti reboisasi atau penanaman kembali untuk hutan yang gundul karena longsor atau karena dampak bencana,” katanya.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Semeru, Dr. Sujarwo, SP, MP, mengakui, IoT untuk mitigasi bencana ini memudahkan aktivitas mahasiswa yang terlibat dalam proyek kemanusiaan Semeru. Khususnya dalam mengidentifikasi kerusakan dan suplai informasi secara lebih baik. Seperti jumlah bangunan yang rusak dan data-data wilayah terdampak.

Selain pemanfaatan IoT untuk mitigasi bencana, dalam Proyek Kemanusiaan MBKM Semeru ini juga dilakukan school and town watching system dengan target sasaran  sekolah dan warga masyarakat.

“Upaya mitigasi bencana di sekolah atau school watching adalah suatu metode atau proses untuk mengidentifikasi elemen-elemen sekolah yang berisiko, menganalisis dampak risiko, serta menemukan solus dari permasalahan ketika terjadi bencana,” jelas Sujarwo.

Sedangkan, dalam town watching penanggulangan bencana merupakan program bagi orang yang bermukim di suatu wilayah, yatitu warga, anak-anak, atau mahasiswa dengan cara berkeliling wilayah, melihat dan memahami tempat-tempat berbahaya ketika terjadi bencana maupun fasilitas untuk keselamatan. Kemudian memikirkan  langkah antisipasi terhadap bahaya jika terjadi bencana. (div/mat)