1 Juli 2025

`

Sanusi Pastikan Pelaksanaan Protokol Kesehatan di PR Bentoel dan Topas

2 min read
Bupati Malang, HM Sanusi bersama pimpinan dan pekerja pabrik rokok Topas, Karangploso, Kabupaten Malang.

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Industri rokok yang menjadi salah satu penggerak ekonomi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mulai berbenah, menyusul segera diberlakukannya new normal life di tengah pandemi COVID-19. Salah satunya dengan menjadikan pabrik rokok sebagai kawasan industri tangguh, seperti yang dilakukan PT KBS Topas, Karangploso dan PT Bentoel, Karanglo, Singosari.

 

Pekerja pabrik rokok di Kabupaten Malang menggunakan masker dan face shield saat bekerja.

KEPASTIAN diterapkannya kawasan industri tangguh di kedua pabrik rokok tersebut, ditinjau Bupati Malang, HM Sanusi, Selasa (28//07/2020) pagi. Dalam kesempatan itu, Sanusi melihat penerapan protokol  kesehatan.

Bupati Malang, HM Sanusi meninjau pelaksanaan protokol kesehatan di pabrik rokok.

“Kita ingin memastikan bahwa di setiap perusahaan supaya melaksanakan protokol kesehatan agar semua karyawannya tidak tertular Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Namun Jika nantinya terdapat indikasi penyebaran COVID-19 di lingkungan perusahaan, langsung dilakukan isolasi mandiri untuk pencegahan dini  agar tidak menjalar ke yang lain,” ujarnya.

Sanusi menjelaskan, secara umum,  di wilayah Malang utara sudah bagus. Bahkan di pabrik rokok Bentoel, standart  protokol kesehatan sudah  terpenuhi. “Apalagi ini pabrik go to international, pasti pengamanannya terjamin,” tandasnya.

Meski demikian, mantan Ketua DPC PKB Kabupaten Malang ini tetap berharap  agar pimpinan-pimpinan perusahaan menghimbau dan memberi edukasi  kepada semua karyawannya agar melakukan protokol kesehatan. “Tidak hanya di perusahaan, tetapi juga saat di rumah, harus terus menjaga kesehatan  agar tak tertular COVID 19,” harapnya.

Sementara itu, salah satu buruh pabrik rokok PT Topas, Saropah, berkeluh kesah dengan adanya pandemi COVID, karena pendapatannya menurun. Biasanya ia dapat upah sekitar Rp 1,5 juta per sepuluh hari  dengan sistem borongan. Namun dengan adanya pandemi tersebut, pendapatannya  jauh berkurang. “Produksinya berkurang, karena permintaan pasar berkurang. Kita banyak nganggurnya Mas,” katanya.

Ditanya masalah protokol kesehatan di pabriknya, Saropah menyatakan, pabriknya  sudah menerapkan protokol  kesehatan. Mulai cuci  tangan pakai sabun dan air mengalir, tes suhu badan, hingga jaga jarak, semua sudah dilaksanakan. Bahkan perusahaan juga menghimbau, bila mana sakit, diminta  sesegera lapor kepada  mandor. (div/mat)