Punya 2 Air Terjun, Ngadirejo Dikunjungi 600 Wisatawan/Bulan
2 min read
MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Jawa Timur mengangkat potensi pariwisata di kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah Banyuwangi ini, ternyata tak sia-sia. Buktinya, makin hari hari, makin bermunculan potensi-potensi wisata baru. Bahkan, beberapa desa sudah menjadi Desa Wisata. Salah satunya, Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung.
BEBERAPA tahun yang lalu, tak banyak orang yang mengenal Desa Ngadirejo. Selain letaknya jauh dari pusat Kota Malang —sekitar 20 Km arah timur— lokasinya pun terpencil, karena jauh dari jalan raya yang menghubungkan Malang – Tumpang. Tapi sekarang, desa ini sudah terkenal, apalagi sejak ditetapkan menjadi Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang sekitar tiga tahun lalu.

Kepala Desa Ngadirejo, Mohammad Toib, menjelaskan, di desa yang berpenduduk sekitar 1.270 jiwa, menyebar di Kampung Anyar dan Kampung Bawah ini, terdapat dua air terjun. Coban Jodo dan Coban Jidor. “Keistimewaan Coban Jodo adalah di ketinggiannya yang mencapai kurang lebih 125 meter. Airnya berasal dari sumber yang ada TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) yang mengalir ke Coban Jodo,” katanya, Senin (29/10/2019) siang.

Menurut Toib, untuk sementara, airnya hanya untuk wisata, mengalir, lalu terbuang ke bawah. Namun justru inilah yang membuat banyak wisatawan datang ke sini. “Jumlah kunjungan sekitar 600 orang per bulan. Tarif masuk Rp 10.000 per orang, parkir Rp 5.000 per sepeda motor,” katanya.
Di desa ini juga ada satu air terjun lagi, namanya Coban Jidor. Mengapa disebut jidor? “Karena suara air terjunnya seperti jidor. Di dalamnya ada goa. Kami pernah masuk, tapi tak berani terlalu dalam. Kalau diukur dari rumah saya ini, jarak ke Coban Jidor sekitar 1,5 km. Kalau ke Coban Jodo sekitar 2 km. Pengelolanya oleh pemerintah desa,” jelas Toib.
Sayang, untuk sampai ke lokasi wisata ini, hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor. Itu pun hanya sampai parkiran, karena jalannya sempit. “Alhamdulillah, dengan menjadi desa wisata yang didukung banyak potensi, perekonomian masyarakat bertambah maju,” katanya.
“Sekarang di desa kami banyak wisatawan, banyak ivestor yang mau masuk, sehingga harga tanah pun naik. Dengan banyaknya wisatawan, masyarakat bisa berjualan di rumah, membuat rajutan untuk oleh-oleh. Di sini juga ada 30 home stay dengan tarip Rp 100 ribu per unit. Cukup untuk menginap para wisatawan,” jelas kepala desa.
Selain punya tempat wisata air terjun, Desa Ngadirejo juga punya kebun kopi, cengkeh, dan durian. Menurut Toib, durian khas Ngadirejo rasanya terkenal manis dan lembut. “Waktu ikut festival durian di Ngantang dan Batu, durian kami tak kalah rasanya dengan durian dari daerah lain. Hanya saja produk kami belum banyak, karena di sini hanya ada 10 ribu pohon milik semua penduduk. Minimal satu penduduk punya 10 batang. Hasilnya dijual dengan harga Rp 10 ribu per biji untuk yang kecil, tanggung Rp 20 ribu, ukuran besar Rp 50 ribu per biji,” jelasnya. (bri/mat)