Permintaan Cairan Pembersih Tangan Produksi UB Meningkat
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Permintaan cairan pembersih tangan karya mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, meningkat, seiring merebaknya Virus Corona Dari awalnya 100 -150 botol, kini menjadi 600 botol per hari.

MANAJER Produksi Institut Astiri (IA) Dr. Ir. Sukardi, MS., mengatakan, pihaknya sudah sekitar lima tahun lalu memproduksi pembersih tangan merk IA. Produk itu merupakan hasil riset Tim IA UB.
“Kami memproduksi hanya untuk memenuhi permintaan. Sebab tidak boleh berbisnis karena produk yang kami hasilkan dari dana inovasi,” terangnya.
Namun demikian, lanjut Dr. Ir. Sukardi, MS, ketika isu corona, permintaan pun meningkat, mencapai 600 botol per hari. Bahkan ditambah permintaan dari luar, dari Badan Usaha Akademik (BUA) masih belum bisa dipenuhi.
“Untuk harga per liter (curah) berbanderol Rp 200 hingga Rp 225 ribu per liter. Mengingat ada kenaikan harga bahan baku berupa aroma rhodinol, hasil pemurnian minyak sereh wangi, sehingga harga pun naik. Untuk botol 40 – 50 ml, harganya Rp 15 ribu, ukuran 60 – 70 ml harganya Rp 20 ribu, ukuran 100 ml harganya Rp 25 ribu. Sebaran target produksi hanya di lingkungan UB saja,” lanjut Dr. Ir. Sukardi, MS,.
Selain produk IA, UB juga mempunyai produk pembersih tangan dari UB Forest. Ini merupakan produk baru dan dipasarkan secara internal.
Staff Pemasaran UB Forest, Deiga Ramadhan mengatakan, untuk pemasaran hanya ditujukan di kalangan kampus. Produk ini dijual dengan kisaran harga Rp 20 ribu per 60 ml. “Produksi hand sanitizer, sebagai bentuk kampanye aksi kepedulian UB Forest terhadap virus corona,” katanya.
Ia menambahkan, cairan pembersih tangan produksi UB sudah dipastikan aman, karena ukuran, konsentrasi, dan prosentasenya sudah mengikuti standar formulasi yang ditetapkan WHO.
Selain diproduksi unit-unit bisnis, beberapa fakultas di UB, juga membuat hand sanitizer sendiri. Salah satunya Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Dr. Dodyk Pranowo, STP. M.Si menjelaskan, pembuatan hand sanitizer tersebut sebagai bentuk pengabdian UB yang tidak untuk dikomersialkan.
“Hand sanitizer yang kita buat sudah sesuai dengan standar WHO dan BPOM. Semoga bisa memenuhi kebutuhan warga UB secara gratis,” katanya. (ide/mat)