Kades Pujiharjo Siap Berlaga di Pemilihan Bupati Malang 2020
3 min read
MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Malang, Jawa Timur akan digelar tahun 2020, menyusul berakhirnya masa jabatan Dr. H. Rendra Kresna – HM Sanusi sebagai Bupati/Wakil Bupati Malang. Bakal calon bupati pun mulai bermunculan. Salah satunya Kepala Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Hendik Arso. Dia dengan tegas menyatakan siap bertarung untuk Pemilihan Bupati Malang tahun 2020.

DENGAN semangat “Membangun Kabupaten Malang Dari Pedesaan, Menuju Desa Mandiri”, Hendik Arso yang baru satu periode menjadi Kepala Desa Pujiharo ini ingin menunjukkan bahwa pembangunan memang harus dimulai dari desa, karena sebagian besar wilayah Kabupaten Malang terdiri dari pedesaan.
“Bayangkan saja, dari 400 desa/kelurahan di Kabupaten Malang, terdapat 398 desa dan hanya ada 12 kelurahan. Sebagian besar penduduknya juga hidup di pedesaan dan bekerja sebagai petani, bahkan banyak yang menjadi buruh tani. Artinya, mereka ini bukan pemilik lahan, tapi sebagai penggarap lahan pertanian milik orang dengan sistem upah. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Malang ini sebagian besar adalah pedesaan,” terang Hendik Arso, Sabtu (22/06/2019).
Karena itu, masih kata politisi PDI Perjuangan ini, jika dia berkesempatan menjadi Bupati Malang 2021 – 2026, dia akan membangun Kabupaten Malang dari pedesaan dengan semangat “Membangun Kabupaten Malang Dari Pedesaan, Menuju Desa Mandiri.”

Lantas, apa modal yang dibawa Hendik Arso untuk mengikuti Pemilihan Kepala Daerah yang terkenal memakan banyak biaya tersebut? “Kalau bicara soal uang, saya memang tidak punya uang yang banyak. Waktu ikut Pemilihan Kepala Desa Pujiharjo pun saya tidak punya uang yang berlebih. Tapi saya yakin dengan kekuatan Tuhan Yang Esa dan dukungan masyarakat Kabupaten Malang, cita-cita mulia ini akan tercapai, demi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan Kabupaten Malang yang kita cintai ini,” terangnya.
Selama menjadi Kepala Desa Pujiharo, Hendik Arso cukup mampu merubah desanya menjadi desa yang maju dan berkembang, khususnya di bidang pariwisata. Bahkan potensi pariwisata desanya sudah tembus ke mancanegra. Ini ditandai dengan banyaknya wisatawan asing yang datang ke Pujiharo untuk menikmati wisata alam.
Hal ini membuat desa yang terletak di pesisir laut selatan ini, pada tahun 2018, mampu meraih Pendapatan Asli Desa (PAD) sebesar Rp 302.732.000. Sedangkan tahun 2017, PADes-nya hanya Rp 100 jutaan.
Menurut Hendik Arso, besarnya PAD yang didapat pada 2018 berasal dari tiket masuk tempat wisata yang dipatok sebesar Rp 5.000/orang. Dengan biaya ini, wisatawan sudah bisa menikmati Pantai Sipelot, Air Terjun Pasir Putih (Wedi Putih), Pantai Tenger, dan Pantai Watu Kuwung.
“Cuma, kalau wisatawan mau ke spot wisata lain, seperti Air Terjun Pasir Putih (Wedi Putih), Pantai Tenger, dan Pantai Watu Kuwung, kami menyediakan perahu. Taripnya Rp 25.000/orang. Di sini ada belasan perahu yang siap mengantar para wisatawan,” kata Hendik Arso, Sabtu (22/06/2019) di desanya.
Selain dari wisata, sumber PAD Pujiharjo lainnya berasal dari penggilingan koral, pengelolaan sampah, air bersih yang melayani sekitar 600 KK, BMT (bantuan tunai untuk masyarakat berupa beras dan telor).
“Bahkan, saat ini sedang membangun toko di atas tanah kas desa dengan ukuran 8 x 12 m2. Renacananya, toko ini untuk grosir bagi masyarakat. Maksudnya, daripada pedagang di sini kulakan di Dampit yang jaraknya sangat jauh, lebih baik kulakan di toko yang dikelola BUMDES ini (Desa Mart) saja dengan harga yang sama dengan kulakan di Dampit,” kata Hendik seraya menambahkan, Desa Mart ini akan dilaunching tahun 2019 ini.
Menurut Hendik, semua usaha ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang membawahi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS). “Jadi, BUMDES punya POKDARWIS. Kemudian POKDARWIS inilah yang menjalankan unit usaha pariwisata tersebut, termasuk juga unit usaha rumah tamu (rumah singgah) yang sekarang sedang dibangun,” terangnya.
Besarnya PAD yang didapat Pujiharjo, membuat desa ini mampu membangun kantor desa yang sangat megah meski sampai sekarang masih dapat proses pembangunan. “Jadi, kantor desa ini kami bangun tanpa menggunakan Dana Desa (DD) maupun Anggaran Desa Desa (ADD). Sedangkan DD dan ADD kami pakai untuk pembangunan infrastruktur, seperti jalan, perbaikan gorong-gorong (drainase) dan sebagainya,” ujar Hendik.
Menurut catatan Pemerintah Desa Pujiharjo, penerimaan DD tahun 2018 sebesar Rp 769.188.000. Tahun 2019 sebesar Rp 895.417.000. Sedangkan penerimaan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2018 sebesar Rp 471.496.000. Tahun 2019 sebesar Rp 492.448.000.
Menurut Hendik, DD/ADD ini digunakan untuk pembangunan jalan desa sepanjang 670 meter, drainase 5 titik, plengsengan 2 titik, gorong-gorong 2 titik, bangun irigasi sawah 100 meter, membangun gapuro makam 1 titik, renovasi posyandu 1 lokal, serta renovasi rumah wisata 1 unit. (iko/mat)