1 Juli 2025

`

IKM FIK UM Ajari Warga Pandanlandung Buat Kompos

2 min read

MALANG,  TABLOIDJAWATIMUR.COM – Tim Pengabdian Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang (IKM FIK UM) belum lama ini memberikan pelatihan cara membuat pupuk kompos kepada masyarakat Desa Pandanlandung RT 33/ RW 07, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

 

Tim Pengabdian Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang (IKM FIK UM) belum lama ini memberikan pelatihan cara membuat pupuk kompos kepada masyarakat Desa Pandanlandung RT 33/ RW 07, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

 

MENURUT Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang (IKM FIK UM), Dr. Hartati Eko Wardani, M.Si.Medi, kegiatan ini dilatarbelakangi permasalahan sampah daun yang jumlahnya kian bertambah karena tidak ikut diangkut  tukang sampah.

“Penanganan yang  dilakukan selama ini hanya dengan membakar sampah daun. Hal ini tentu saja menimbulkan problem baru,  yakni pencemaran udara. Untuk itu perlu kiranya sampah daun dikelola menjadi produk yang bermanfaat, yaitu melalui proses pengomposan,” kata  Dr. Hartati Eko Wardani, M.Si.Medi, kemarin.

Mahasiswi Jurusan IKM FIK UM peminatan Kesehatan Lingkungan melakukan praktik membuat pupuk kompos dari daun.

Pelatihan membuat kompos ini dilaksanakan di  TK Tunas Mulia, Minggu (04/04/2021), dihadiri  11 warga RT 33 RW 07 Desa Pandanlandung. Ketua RT 33,  Tri Nufi Sudarwanto berharap agar kegiatan ini dapat berkelanjutan dan dapat diselenggarakan di level yang lebih tinggi (RW).

Pemaparan materi pembuatan pupuk kompos disampaikan salah satu anggota Tim Pengabdian Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang (IKM FIK UM), Muhammad Al-Irsyad, S.KM., M.P.H. Menurutnya, pembuatan kompos prinsipnya menguraikan daun dengan bantuan mikroorganisme.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara aerob (di lahan terbuka, terekspose oksigen, namun terlindung dari air hujan) atau bisa dengan cara anaerob (tertutup rapat, tidak terkespose oksigen maupun sinar matahari). “Kedua cara tersebut masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Namun pada kegiatan kali ini, pengomposan dilakukan dengan cara anaerob,” katanya.

Setelah pemaparan materi, dilanjutkan praktik membuat kompos dari sampah daun didukung dengan alat dan bahan berupa ember, karung beras, sarung tangan plastik, pisau, sampah daun, larutan EM 4, air, dan gula.  Praktik didemonstrasikan  dua mahasiswi Jurusan IKM FIK UM peminatan Kesehatan Lingkungan dan diikuti para  warga.

Menurut  Muhammad Al Irsyad, pupuk kompos yang berhasil memiliki ciri-ciri warna kehitaman dengan tekstur seperti tekstur tanah, bau seperti bau tanah, apabila diukur kandungan carbon/nitrogen sebesar 10-20:1 dan suhunya seperti suhu air tanah. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan secara berkala pada pupuk yang telah dibuat selama  10 – 14 hari. (div/mat)