Tidak Semua Produk Organik Bebas Residu
2 min readMALANG | TABLOIDJAWATIMUR.COM – Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan kekhawatiran terhadap residu kimia pada bahan pangan, masyarakat sekarang lebih memilih sayur organik, walaupun harganya lebih mahal. Namun perlu diingat, tidak semua produk organik bebas residu.

PROF. Dr. Ir. Rahayu Relawati, MM, dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), melalui pers rilis yang diterima redaksi tabloidjawatimur.com, Minggu, (14/01/2024) siang menjelaskan, pertanian organik tetap menggunakan pestisida. “Hanya saja berbahan herbal, seperti daun paitan dan daun mimba,” katanya.
Selain itu, masih kata Rahayu, pupuk kandang dari hasil olahan feses hewan juga umum digunakan. Tetapi jika proses fermentasinya belum optimal, maka bakteri jahat pada pupuk tersebut masih hidup. “Inilah yang menyebabkan potensi alergen dan resiko kontaminasi bakteri pada sayur organik,” tegasnya.
Oleh karena itu, konsumen harus cermat dalam memilih sayur organik yang tepat, yakni yang telah bersertifikasi organik. Alasannya, produk bersertifikasi sudah melalui pengecekan tempat budidaya, sehingga keamanan dan mutunya terjamin.
“Ciri-ciri sayur organik, ukurannya kecil, karena produksinya tidak dipacu dengan pupuk kimia. Ciri lainnya, tampilan yang kurang cantik, karena ada lubang bekas gigitan hewan kecil. Itu jadi indikasi bahwa sayur tersebut tidak mengandung bahan kimia,” paparnya
Meskipun sudah membeli dengan selektif, tahapan proses pencucian sayur juga harus dilakukan dengan benar. Sayuran yang bertumpuk sebaiknya dicuci satu persatu dengan air mengalir dan menggunakan garam. Tujuannya, untuk membunuh hewan-hewan kecil, seperti ulat yang menempel pada sayur.
Rahayu juga menekankan, konsumen sebaiknya membeli sayur organik secukupnya agar kondisinya tetap segar. Penyimpanannya pun harus menggunakan wadah organik. Contohnya, besek atau keranjang anyaman dari bambu dan ditutup dengan kain bersih yang telah dibasahi.
“Sayur organik juga harus dimasak dengan tepat untuk mempertahankan kualitas nutrisi. Lebih baik dikukus dengan waktu sekitar dua menit saja, kecuali sayuran yang keras, seperti wortel. Alasannya, agar kandungan vitamin, nutrisi, dan serat pada sayur tetap terjaga,” tambahnya.
Rahayu menambahkan, memilih sayuran organik tidak hanya menjadi salah satu bentuk kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, tetapi juga menjadi langkah konkrit dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). “Konsumsi sayur organik juga sebagai upaya nyata dalam menjaga keberlanjutan lingkungan,” pesannya. (div/mat)