1 Juli 2025

`

Siswa SMAS Cor Jesu Perankan Prahara di Telatah Malang

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Kelahiran Kota Malang, Jawa Timur, bisa dibilang saat pandemi Tragedi Wabah Pes sakitar tahun 1911-1916. Padahal sejarah Kota Malang lahir sekitar tahun 1914. Tentu saja, di tahun tersebut, para Tenaga Kesehatan serta masyarakat lainya, berperang dengan virus dari hewan tikus tersebut.

 

Para guru dan murid SMAS Katolik Cor Jesu Malang, setelah menggelar Pagelaran Seni Budaya dalam ‘Prahara di Tlatah Malang’ di sekolah setempat, Kamis (08/06/2023).

 

CERITA sejarah tersebut menjadi tema Pagelaran Seni Budaya peserta didik dan guru seni budaya SMAS Katolik Cor Jesu Malang dalam ‘Prahara di Tlatah Malang’ di sekolah setempat, Kamis (08/06/2023).

Para pelajar SMAS Katolik Cor Jesu Malang, menggelar Pagelaran Seni Budaya dalam ‘Prahara di Tlatah Malang’ di sekolah setempat, Kamis (08/06/2023).

“Art performance 2023   kegiatan tahunan. Hasil pentas dari mata pelajaran seni budaya untuk kelas 10 dan kelas 11. Untuk tahun ini kami angkat tentang wabah pes, sekitar tahun kelahiran Kota Malang. Kami siapkan sebelum pandemi Covid 19,” terang Kepala Sekolah SMAS Katolik Cor Jesu Malang, Agatha Ariantini, M.Pd., M.Psi, di sela-sela kegiatan.

Agatha menambahkan, meskipun kegiatan semacam ini rutin dilakukan setiap tahun, namun mempunyai makna untuk sekolah. Karena ini benar-benar hasil belajar dan pendidikan karakter. Dilaksanakan secara langsung (live) oleh guru dan murid tanpa EO (event organizer).

Kepala Sekolah SMAS Katolik Cor Jesu Malang, Agatha Ariantini, M.Pd., M.Psi, dan Ketua Pelaksana, Fransiska Yuni Arisandi, M.Pd, memberikan keterangan pers terkait tema Pagelaran Seni Budaya peserta didik dan guru seni budaya SMAS Katolik Cor Jesu Malang dalam ‘Prahara di Tlatah Malang’ di sekolah setempat, Kamis (08/06/2023).

“Tidak pakai rekam sama sekali. Jadi, semuanya live dan harus fokus belajar. Jika salah,  tidak ada waktu untuk edit. Diharapkan, mereka cinta seni, cinta budaya, dan sejarah. Banyak muatan dalam cerita ini, terutama pendidikan karakter,” lanjutnya.

Lebih lanjut Agatha menjelaskan, Prahara di Telatah Malang adalah satu momen tentang wabah pes. Sat itu, ada wabah virus pes dari tikus. Banyak korban meninggal, meskipun sudah dilakukan berbagai upaya. “Wabah pes kelihatannya kurang terangkat dengan baik. Padahal peristiwa itu bukan hanya di Malang. Wabah itu awalnya ada perdagangan. Karena sudah dibangun jalur kereta api. Tikus itu nyebarnya melalui kereta api yang ketika angkut beras. Kira- kira begitu,” jelasnya.

Sementara itu, Fransiska Yuni Arisandi, M.Pd, Guru Bahasa Indonesia dan Ketua Pelaksana menerangkan, ada sejumlah siswa yang terlibat dalam legiatan ini. “Para pemeran dari musik gitar, orkestra, seni rupa, seni suara, tari, teater. Untuk tamu yang  hadir, mulai wali murid, para alumni, dan lainya,” katanya. (aji/mat)