2 Juli 2025

`

Indonesia Harus Menunjukkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin

2 min read
Wakil Presiden, Prof. Dr. (HC) K.H.Ma’ruf Amin, MA, memberikan pengarahan secara daring pada puncak peringatan Hari Santri 2020 dan Dies Natalis FISIP-UB ke-17 tahun.

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM Sebagai negara dengan umat Islam terbesar di dunia, Indonesia  ikut bertanggung jawab menghadapi tudingan negatif tentang Islam yang datang dari bangsa-bangsa Barat.

 

“INDONESIA harus mampu menunjukkan Islam yang rahmatan lil alamin,” ujar Wakil Presiden (Wapres) RI, Prof. Dr. (HC) K.H. Ma’ruf Amin, MA, ketika memberikan pengarahan secara daring pada puncak peringatan Hari Santri 2020 dan Dies Natalis FISIP-UB ke-17 yang bertema “Peran Santri di Era Milenial dan Disruptif Digital”, Selasa (10/11)/2020) siang.

Menurut wapres, saat ini, banyak tantangan terhadap Islam yang berawal dari ketidakpahaman masyarakat Barat, Amerika Serikat (AS) dan Eropa tentang Islam. Tantangan itu berupa kesan negatif terhadap Islam, juga Islamphobia.

Menurut Kiyai Ma’ruf, negara Barat menilai negara-negara Islam sebagai negeri konflik dan kekerasan. Sekitar 41 persen warga AS menilai Islam mendorong munculnya terorisme dan kekerasan, 44 persen menganggap Islam tidak bisa beriringan dengan demokrasi. “Islamphobia meningkat di AS dan Eropa. Persoalan terbaru terjadi di Perancis,” ujarnya.

Kondisi di internal negara Islam, menurut Wapres, juga perlu perhatian. Antara lain, kondisi sosial ekonomi umat yang masih memprihatinkan. Sebanyak 350 juta orang di negara OKI berpenghasilan di bawah $ 1,25 per hari. Tingkat pengangguran juga di atas rata-rata pengangguran dunia.

Di Indonesia, menurut wapres, pesantren sebagai pusat pendidikan keagamaan yang moderat, mampu menangkal dan melindungi masyarakat dari radikalisme. “Pesantren ikut mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin,” tegasnya.

Karena itu, Ma’ruf Amin meminta perguruan tinggi untuk membangun jaringan dengan pesantren, khususnya dalam pendidikan sains dan teknologi. Apalagi jumlah pesantren cukup banyak, sekitar 28 ribu dengan 18 juta santri. (div/mat)