Ciptakan Pengusir Lalat Dari Kemangi, Mahasiswa UM Berjaya di Singapura
3 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Tidak hanya mengganggu, lalat juga dapat menjadi sarang penyakit. Tak jarang lalat yang hinggap di sembarang tempat membawa bakteri dan parasit di tubuhnya sehingga dapat merugikan manusia.
MENURUT World Health Organization (WHO), lalat rumah menjadi pembawa bakteri dan parasit, penyebab diare, dan infeksi mata.
Permasalahan ini menarik perhatian lima mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Jawa Timur. Mereka pun menciptakan pembasmi lalat yang juga berfungsi sebagai pestisida sekaligus disinfektan alami dari daun kemangi.
ESSIL —begitu nama produknya—- adalah insektisida alami berbahan dasar kemangi dengan tambahan kulit jeruk nipis dan daun cengkeh yang baik untuk lingkungan.
Viska Rinata, mahasiswa S1 Biologi UM, co-researcher, menjelaskan, alasan inovasi tersebut dapat tercipta karena tingginya peledakan populasi lalat yang disebabkan peternakan ayam di Trenggalek, Jawa Timur. Tingginya jumlah peternakan ayam yang beroperasi aktif di Trenggalek mencapai 3.272.238, sehingga memicu ledakan populasi lalat secara drastis dan mengganggu masyarakat.
”Siapa sih yang nggak terganggu sama lalat. Lalat itu annoying banget. Selain annoying, resiko penyakit dari bakteri yang dibawa lalat itu lebih tinggi daripada serangga lain, seperti kecoa dan sebagainya,” ujar gadis asal Trenggalek tersebut.
Melihat hal itu, Viska dan tim tidak tinggal diam. Mereka mencari solusi yang mudah dijangkau dan ekonomis agar bisa diterima serta digunakan secara maksimal oleh warga sekitar. Viska mencoba mengamati lingkungan sekitar dan menemukan banyak sekali petani kemangi di Trenggalek. Sayangnya, daun kemangi lumrah dimanfaatkan hanya sebagai lalapan atau makanan pendamping sambal dan nasi yang memiliki harga jual rendah.
”Sebenarnya di daerah itu (Trenggalek) sudah ada masalah dan solusi yang tepat, namun belum terintegrasi dengan baik. Nah, dari situ muncul ide untuk membuat inovasi ini,” tutur Viska.
ESSIL terbuat dari daun kemangi, daun cengkeh, dan kulit jeruk nipis yang memiliki nilai jual sangat rendah, bahkan seringkali menjadi limbah. Bahan dasar produk ini adalah daun kemangi serta memiliki bahan aktif methyl clavicle dan cineol yang tidak disukai oleh lalat. Ditambah dengan daun cengkeh dan kulit jeruk nipis yang memiliki fungsi antimikroba yang membuat produk ini memiliki nilai keterbaruan yang tinggi.
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, ESSIL memiliki persentase efektifitas yang cukup tinggi dalam mengusir lalat, yaitu lebih dari 90%. Tak hanya itu, berdasarkan uji organoleptik yang telah dilakukan, semua penguji menyatakan menyukai aroma dan tekstur dari ESSIL. Menggunakan teknologi nano fogging gun, penyemprotan produk dapat dilakukan lebih cepat, rata, dan tepat sasaran.
Inovasi hebat dari Viska dan tim sudah bisa digunakan di rumah yang terdampak ledakan populasi lalat. ”Jadi, selain sebagai repellent lalat, ESSIL juga berfungsi sebagai disinfektan untuk membersihkan sisa-sisa bakteri yang ditinggalkan lalat sehingga dapat meminimalisir resiko diare, penyebaran polio, disentri, dan lain sebagainya. Ini produk sustainable yang ramah lingkungan dan minim resikonya bagi kesehatan masyarakat maupun lingkungan,” tambah gadis berusia 21 tahun tersebut.
Harapannya, ESSIL dapat dikembangkan sehingga bisa digunakan secara komersil di bidang peternakan. ”Untuk saat ini produksi masih dilakukan dalam skala kecil karena keterbatasan biaya dan sumber daya. Namun produk ini memiliki nilai jual tinggi sehingga dapat dikomersilkan di bidang peternakan,” ucapnya.
Inovasi tersebut berhasil menarik perhatian juri di ajang Green Wave Environmental Care Project For Schools 2022 yang diadakan oleh Sembcorp Marine di Singapura. Memiliki nilai jual dan keterbaruan yang tinggi, ESSIL berhasil meraih juara dua di ajang tersebut. Pemakaian daun kemangi di bidang industri yang masih asing di masyarakat luas juga menarik perhatian para juri.
Membawa nama baik UM di ajang internasional, Viska dan tim diundang menghadiri penghargaan di Parkroyal Collection Marina Bay, Singapura, pada pertengahan Februari 2023.
Selaku penggagas ide, Viska berharap produk ini bisa menjadi produk yang dapat digunakan oleh banyak orang di masa depan. ”Fokus riset aku itu kan di green industry. Jadi, aku berharap produk ini bisa aku kembangin dan jadi core dari green industry yang ingin aku bangun di masa depan,” ujar Viska menyampaikan mimpi besarnya. (div/mat)