Awas! Mamin Tinggi Gula Menyebabkan Diabetes dan Obesitas
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Mudahnya layanan pesan antar aneka makanan dan adanya diskon, memudahkan masyarakat menikmati makanan yang diinginkan. Seperti boba, kopi susu, makanan cepat saji, roti manis, hingga kue kekinian. Fenomena itu menarik perhatian Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ns. Zaqqi Ubaidillah, M.Kep., Sp.Kep.MB.
MENURUTNYA, makanan dan minuman manis yang dikonsumsi dalam jangka panjang, bisa memicu obesitas. Kemudian berujung pada penyakit diabetes, penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan atau menggunakan hormon insulin secara efisien. Padahal hormon sangat penting karena berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.
“Peluang menderita diabetes meningkat karena minuman berglukosa tinggi meningkatkan radikal bebas dalam tubuh. Selain itu juga menyebabkan toxic glukosa yang dapat merusak sel beta pankreas. Sementara sel ini memiliki tugas penting untuk mengeluarkan insulin,” kata Zaqqi Ubaidillah, Rabu (05/04/2023) siang.
Perawat spesialis medikal bedah UMM ini menambahkan, selain diabet, makanan atau minuman yang tinggi gula juga dapat merusak endotel pembuluh darah yang dapat mengakibatkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah. “Potensi penyakit diabetes kini semakin meningkat. Bahkan menurut penelitian dari International Diabetes Federation, diprediksi pada tahun 2030, Indonesia akan menjadi peringkat 6 negara dengan penderita diabetes terbanyak.
Menurutnya, kebiasaan jajan minuman kekinian tersebut kian tak sehat apabila ditunjang pola makan tinggi kalori. Seperti nasi goreng, mie goreng, nasi uduk, nasi padang, makanan cepat saji, dan makanan berpengawet lainnya. Kebiasaan menambah rasa dan toping pada makanan dan minuman, juga dapat memicu diabetes.
“Tak cuma kopi dan boba, aneka minuman kemasan, termasuk jus dan minuman berkarbonasi lainnya, juga mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Bahkan melebihi dari kebutuhan harian maksimal orang dewasa,” tegasnya.
Meski demikian, ini tak berarti masyarakat tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman favorit. Selama tidak rutin dan bisa membatasi, masih bisa ditoleransi. “Mencoba dan mencicipi makanan kekinian diperbolehkan asal sesuai takaran,” pesannya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk memahami kandungan yang ada di dalam berbagai makanan. Salah satu caranya, membaca kandungan nilai gizi yang tertera di kemasan. Dengan begitu, mereka bisa mengatur makanan apa saja yang bisa dimakan secara rutin dan makanan mana saja yang harus dibatasi. “Sebaiknya masyarakat memperbanyak konsumsi sayur, buah, serta minuman yang mengandung 0 kalori, seperti air putih, kopi, serta teh tanpa gula,” pungkasnya. (div/mat)