19 April 2024

`

Unisma, Unej dan Metro Mesin Ciptakan Alat Pendeteksi Bencana

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Dosen Universitas Islam Malang (Unisma), bekerjasama dengan Universitas Negeri Jember (Unej) dan PT Metro Mesin, menciptakan alat pendeteksi bencana alam seperti tanah longsor, gempa, banjir, puting beliung, dan tsunami. 

 

Rektor Unisma, Maskuri )kopyah hitam) bersama Hadi Apriliawan, S.TP, M.P, memaparkan alat pendeteksi bencana alam.

 

TEMUAN ini dipaparkan Dosen Pertanian Unisma, Hadi Apriliawan S.TP, M.P didampingi Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si, dan Wakil Rektor IV, Dr. Ir. Hj. Istirochah Pujiwati, M.P, di kampus setempat, belum lama ini.

Inilah alat pendeteksi bencana alam ciptaan Dosen Universitas Islam Malang (Unisma) bekerjasama dengan Universitas Negeri Jember (Unej) dan PT Metro Mesin.

Hadi Apriliawan, S.TP, M.P, menjelaskan, sejatinya pembuatan EWS ini melalui kolaborasi antara Unisma, Universitas Negeri Jember (Unej) dan PT Metro Mesin “Kami juga libatkan 40 mahasiswa Unisma dari jurusan Elektro, Mekatronika dan Permesinan yang memang sebelumnya sudah kami seleksi secara ketat. Kemudian dari Unej sekitar 30 mahasiswa,  serta 40 tenaga ahli metro mesin,” jelasnya.

Pembutaan EWS ini, kata Hadi Apriliawan, terbilang humanis. Berawal dari keprihatinannya terhadap maraknya bencana alam, khususnya banjir yang terjadi di berbagai daerah. Kemudian pihaknya tergerak untuk membuat empat EWS berbeda dengan teknologi yang terbarukan dan lebih efektif, yakni dengan memanfaatkan IoT, sensor, tahan air, hingga panel surya sebagai pengganti tenaga listrik ketika padam.

“Sensornya bisa diatur jaraknya. Biasanya model celup, kalau ini dengan infrared yang bisa nembak dan diatur jaraknya. Misal satu, dua, atau empat meter. Sehingga tingkat kerusakan alat sangat minim sekali. Biasanya kalau yang celup, kalau kena banjir bandang, alatnya bisa hanyut. Makanya kami pakai sensor,” tuturnya

“Kami juga pakai tenaga surya di penyimpanan baterainya, sehingga kami tidak tergantung pada listrik. Lalu, kami beri satelit juga,  jadi meskipun di pelosok bisa menangkap sinyal,” jelas Hadi.

Ia juga menjelaskan, proses pembuatan EWS memakan waktu kurang lebih satu tahun, termasuk dengan awal penelitian dan penyusunan kerangka berfikir agar dapat diterima. Disusun menjadi prototype, mengalami uji coba dan berbagai trial eror sampai kemudian berlanjut ke proses pabrikasi. Hingga akhirnya, pada enam bulan terakhir sudah diproduksi sekitar 40 alat. Salah satunya alat peringatan sejak dini bahaya banjir yang sudah dipasang di Kabupaten Jember.

Ke depan, pihaknya berencana  bekerjasama dengan BMKG dalam pemanfaatan alat ini. Pihaknya juga akan terus berinovasi untuk menyempurnakan alat ini sehingga dapat meminimalisir korban saat terjadinya bencana. “Kami sedang kembangkan alatnya dengan CCTV. Jadi kalau ada korban banjir yang hanyut misalnya, itu akan bisa terekam,” pungkasnya.

Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si, bersyukur atas  temuan ini. Bahkan  patut dibanggakan karena temuan ini fungsinya demi keselamatan bersama. Apalagi teknologi ini  bisa dikontrol secara real time lewat teknologi jarak jauh. Dengan perpaduan Internet of Thing (loT), alat ini  dapat diakses dengan smartphone,” tuturnya.

“Rencana kami akan menyampaikan ke BMKG  supaya menjadi bagian dari instrumen untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Apalagi negara kita rawan banjir, longsor, gempa, puting beliung, dan tsunami,” terang Rektor Unisma.  (div/mat)