Warga Binaan Lapas Malang Olah Limbah Jadi Uang
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Malang, Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Timur, mampu mengolah limbah di lingkungan lapas menjadi maggot dengan berbagai varian. Salah satunya maggot kering.

MOGGOT — belatung/larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF)—- hidup bisa langsung dijual dengan harga kurang lebih Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kilogram.

Sucipto, warga binaan yang ikut dalam Budi Daya Maggot di Lapas Kelas I Malang, menjelaskan, budidaya maggot di Lapas Kelas I Malang dapat memproduksi bermacam-macam olahan. Bisa menjadi maggot kering dan diproduksi dalam bentuk pelet atau pakan ikan.
“Untuk maggot kering, pembuatannya cukup mudah namun harganya lebih tinggi daripada maggot basah. Cara buatnya bisa melalui 2 alternatif, yakni dijemur atau dimasak menggunakan arang dan pasir. Jika melalui penjemuran, biasanya memakan waktu 2 sampai 3 hari, karena harus menunggu maggot kering,” jelas Sucipto, Senin (04/04/2022) siang.

Selain itu, biasa menggunakan metode dimasak dengan arang dan pasir. Caranya, maggot hidup direbus menggunakan air panas mendidih sampai keseluruhan maggot mati. Setelah direbus, maggot dijemur sekitar 1 jam, sambil menunggu kadar air berkurang. Setelah itu disiapkan pembakaran arang beserta pasir secukupnya dan penggorengan. Pasir harus dicuci bersih dahulu. Setelah arang siap, pasir dimasukkan ke dalam penggorengan beserta maggot yang telah selesai dijemur tadi.

“Memasaknya harus dengan cara dibolak-balik agar maggot tidak gosong. Kalau gosong tidak dapat dipakai dan tidak dapat dijadikan pelet atau pakan hewan,” terang Sucipto.
Setelah benar-benar kering dan kadar air dalam maggot itu habis, maggot sudah siap dipacking dan diedarkan di pasaran. Harganya, 1 kilogram maggot kering Rp 45 ribu sampai Rp 60 ribu per kilogram. “Peminatnya masih banyak. Peminatnya biasanya dari kalangan peternak hewan, khususnya Ikan dan unggas,” katanya.
RB Danang Yudiawan, Kepala Lapas Kelas I Malang, menjelaskan, pihaknya selalu melakukan inovasi. “Inovasi tiada henti. Ini sudah menjadi motto kita, khususnya dalam unit kegiatan kerja yang erat kaitannya dengan pembinaan para warga binaan. Jika WBP terampil, maka Lapas Kelas I Malang mampu mencetak WBP yang bermutu,” ujarnya. (div/aji/mat)