24 Mei 2025

`

Di Makkah, Weci Dijual Rp 4.000 Per Biji

2 min read

* rahmat, makkah

MAKKAH, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Calon jamaah haji asal Indonesia yang tak bisa meninggalkan makanan Indonesia selama di Makkah, masih bisa menikmati makanan khas Indonesia, seperti kerupuk, weci, hingga bakso dan soto. Hanya saja harga dan rasanya tak seindah di Infonesia.

 

 

Suasana PKL yang jualan jajanan ala Indonesia di kawasan Mahbas Jin, Makkah.

SEPERTI jajanan weci (sebagian orang Jawa Timur menyebutnya ote ote, sebagian lagi menyebutnya bakwan) dijual seharga Rp 1 real perbiji. Jika dikurskan dengan rupiah, harganya sekitar Rp 4.000 per biji.

Ukurannya tidak terlalu besar. Kalau dibandingkan dengan weci di Malang, Jawa Timur, ukurannya hampir sama namun harganya lebih murah, sekitar Rp 1.000 per biji.

Soal rasa, jangan ditanya. Bagi penikmat weci, rasa weci yang dijual di pinggir jalan depan hotel yang ditempati jamaah haji asal Jawa Timur di kawasan Mahbas Jin, kurang nendang. Kurang asin, kurang sedap, dan cenderung anyep (hambar). Padahal pedagangnya berasal dari Indonesia. “Saya sudah 10 tahun di Makkah,” kata seorang pedagang yang mengaku dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (01/08/2019).

Tidak hanya weci. Para jamaah calon haji juga bisa menikmati kerupuk seperti layaknya kerupuk di Indonesia. Rasanya enak, tak beda jauh dengan kerupuk di Indonesia. Setidaknya cooklah untuk lidah pecinta kerupuk. Tapi harganya cukup mahal, 10 Reall per bungkus atau sekitar Rp 40.000.

Ukurannya pun tak terlalu besar, hampir sama dengan kerupuk blek (kerupuk yang biasa dijual di toko- toko yang ditaruh di dalam toples besar), namun jumlahnya sedikit, sekitar 10 biji per bungkus.

Selain kerupuk, para CJH juga bisa menikmati bakso. Harganya 5 Real per mangkok kecil atau sekitar Rp 20.000. Isinya, 3 pentol, bihun, sambel dan sejenisnya. Tapi rasanya, jangan samakan dengan bakso Malang. “Rasanya ya gitulah,” kata salah seorang pembeli.

Biasanya, jajanan ala Indonesia itu dijual di sekitar hotel yang ditempati. CJH asal Indonesia. Para pedagang tersebut biasanya sudah membuka lapaknya menjelang solat subuh.*