1 Juli 2025

`

COVID Bisa Dikendalikan Jika 40% Penduduk Indonesia Divaksin

2 min read

MALANG,TABLOIDJAWATIMUR.COM – Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia, dr. Pandu Riono, menegaskan, pandemi  COVID-19 di Indonesia akan sulit diatasi, karena herd immunity yang sukar tercapai. Hal ini  karena masyarakat  abai dengan protokol kesehatan dan virus COVID-19 yang terus bermutasi. COVID bisa dikendalikan jika 40% penduduk Indonesia sudah divaksinasi.

 

Para peserta mengikuti Kajian Ramadhan yang digelar UMM.

 

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa

HAL INI terungkap saat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar kajian Ramadhan, membahas sikap dan tindakan setelah pandemi COVID-19  berakhir, Sabtu (17/04/2021) melalui Zoom dan kanal Youtube UMM serta TVMu.

Salah satu narasumber Kajian Ramadhan yang digelar UMM.

Acara ini mengundang Prof. Dr. Haedar Nashir , M.Si, Ketua Umum  PP Muhammadiyah, dr. Pandu Riono, dan Prof. Dr Abdul Mu’ti, M.Ed, sebagai pemateri. Acara ini dibuka Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa sekaligus memberi sambutan.

Dalam kajian ini, para narasumber didapuk memberikan pandangan dan langkah yang bisa dilakukan di masa pandemi hingga usai.

Menurut dr. Pandu Riono, pandemi di Indonesia akan sulit diatasi,  karena herd immunity sukar tercapai. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, seperti masyarakat yang abai dengan protokol kesehatan dan virus COVID-19 yang terus bermutasi. “Namun kita bisa mengendalikan pandemi jika 40% penduduk Indonesia sudah divaksinasi. Selain itu masyarakat juga harus lebih sadar akan pentingnya protokol kesehatan,” ujar ahli Epidemiologi Universitas Indonesia ini.

Salah satu pemateri Kajian Ramadhan yang digelar UMM.

Di sisi lain, Prof. Dr. Haedar Nashir , M.Si,  mengatakan, kehidupan saat pandemi dan usai pandemi harus senantiasa membangun sikap ramah lingkungan. Selain itu juga selalu mengeratkan solidaritas di masyarakat. Hal itu dilakukan untuk kebaikan masyarakat.

“Dalam menghadapi pandemi dan pasca pandemi, kita harus merekonstruksi kembali keimanan, ketakwaan, dan tauhid sesuai interkoneksi antara hablum minallah dan hablum minannas. Jika keduanya bisa dilaksanakan dengan baik, maka kehidupan akan bisa baik pula. Selain itu kita juga harus menumbuhkan sikap taawun agar dapat hidup bersama dalam keberagaman,” kata Haedar.

Selain dari sisi epidemiologi, kajian ini juga membahas langkah-langkah yang bisa diambil pemerintah setelah pandemi berakhir. Gubernur Jatim, Khofifah mengatakan,  ada tiga langkah yang akan dikembangkan pemerintah pasca pandemi. Di antaranya, penanganan  lapangan kerja, keterjangkauan akses digital, dan keamanan masyarakat.

“Setelah berakhirnya pandemi, kami akan memprioritaskan sektor ketenagakerjaan, percepatan digitalisasi pada sektor esensial, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Tidak berfokus pada kesehatan fisik saja, namun juga kesehatan psikologis,” terangnya.

Pada kesempatan itu, Khofifah juga menilai bahwa UMM telah banyak membantu dalam penangan pandemi di Jawa Timur. Salah satunya dengan memberikan berbagai solusi  dalam pengembangan sistem penanganan COVID-19 di rumah sakit. “Selain itu, RS UMM juga telah membantu menyediakan APD (alat pelindung diri) dengan mengajak UMKM untuk memproduksinya saat awal pandemi,” pungkas Khofifah. (div/mat)