25 April 2024

`

Doa Untuk Cak Nun Dari Makkah

2 min read

MAKKAH, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Minggu (04/08/2019) pagi, sekitar pukul 05.19 waktu Makkah atau sekitar pukul 10.00 WIB, saya membaca berita duka di group WA Pengurus PWI Malang Raya. Husnun Djuraid— saya biasa memanggil Cak Nun— meninggal dunia.

 

 

HUSNUN DJURAID. (ist)

CUKUP kaget juga saya waktu membaca informasi itu. Karena, selama ini, tak ada kabar bahwa sahabatku sekaligus guruku di dunia wartawan ini menderita sakit.

Bahkan, beberapa waktu lalu, dalam tulisannya di akun FB nya, Cak Nun sempat mengunjungi sahabat-sahabat lamanya yang sedang sakit. Chatta Humaidi (maaf jika keliru menulis nama), mantan Kepala Biro Radar Malang dan Widodo IIrianto, sahabat Cak Nun saat masih sama-sama berkantor di Jawa Pos Biro Malang, Jl. Arjuno 23, adalah dua orang yang sempat ia bezuk.

Di akun FB nya, Cak Nun berkisah, dengan bersepeda ontel, Cak Nun mengunjungi Chatta Humaidi di rumahnya yang sedang sakit. Saya juga tidak tahu pasti apa nama penyakit yang diderita Mas Hatta. Tapi yang jelas dia sedang sakit dan tidak bisa melakukan aktivis seperti dulu saat masih sehat.

Setelah membezuk Mas Hatta, masih dengan bersepeda, Cak Nun membezuk koleganya sesama wartawan Jawa Pos di Biro Malang, Widodo Irianto yang saat itu dikabarkan juga sedang sakit.

Tak lama setelah itu, saya malah sempat mengundang Cak Nun mengisi Diklat Jurnalistik di Kantor Bea Cukai Malang, Jl. Surabaya bersama mantan wartawan Memorandum, Totok Hariono.

Setelahnya, saya pun masih sempat bertemu dengan wartawan yang belakangan aktif mengisi khutbah Jumat di beberapa masjid dan sering mengingatkan kawan-kawannya agar melaksanakan puasa Senin Kamis dan sholat dhuha ini.

Meski saya dan Cak Nun tidak satu kantor— waktu itu saya wartawan Memorandum sedangkan Husnun Djuraid warrawan Jawa Pos— tapi sebagai sesama wartawan, dan pernah tinggal di bawah satu atap Jawa Pos Biro Malang di Jl. Arjuno 23 Malang, tentu kami sering berjumpa. Bahkan sering makan bersama di warung-warung di depan Bioskop Kelud. Dan, sudah bisa dipastikan, yang nraktir tentu Cak Nun.

Bahkan tak jarang, sebagai wartawan senior yang kala itu sudah sangat berpengalaman dan sudah menjadi Kepala Biro Jawa Pos, saya sering diajari cara menulis berita yang baik dan benar. Saya juga sering diingatkan agar selalu konfirmasi setiap kali menulis berita, terutama berita kasus.

Banyak kenangan dan ilmu jurnalistik yang saya dapat dari sahabat sekaligus guruku ini. Sekarang, semua hanya tinggal kenangan. Semoga ilmu yang saya dapat menjadi ladang jariah buatmu, sahabatku, guruku, Husnun Djuraid.

Dari sini, di bumi kelahiran Nabi Muhammad SAW, Makkah, saya hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT mengampuni semua dosamu, menerima segala amal baikmu, surga untukmu Cak… Allahummafirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu… Amin Ya Robbal Alamin. (rahmat-makkah)