Setelah Mahasiswa Terafiliasi Radikal, UB – BNPT Cegah Teroris Masuk Kampus
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, melakukan mitigasi dan pencegahan terorisme di kampus. Sebelumnya, seorang mahasiswa UB ditangkap Densus 88 Anti Teror karena terafiliasi dengan jaringan radikal, Kamis (18/08/2022).

ACARA ini diikuti puluhan dosen pengampu empat Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK), yakni agama, Pancasila, bahasa Indonesia, Kewarganegaraan.
Kepala Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, mengatakan, pengenalan karakter nasional merupakan hal yang sangat wajib dan perlu untuk generasi muda. Bukan hanya secara akademisi mampu mempertahankan ilmunya, tapi mampu mempertahankan bangsanya dalam persaingan global.

“Apalagi UB adalah tempat belajarnya berbagai macam suku bangsa. Sehingga UB mempunyai peran besar terhadap kelahiran dan kemajuan pemimpin bangsa dikemudian hari. Sehingga diharapkan ke depan, dengan penguatan wawasan kebangsaan ini diharapkan paham- paham yang merugikan tidak akan terjadi lagi,” kata Boy Rafli Amar.
Boy menambahkan, pemahaman tentang ideologi bangsa diharapkan tidak hanya dipahami dalam konteks sebagai ilmu, tapi juga pedoman jati diri bangsa harus dimiliki siapa pun. “Jika generasi muda tidak mengenali ideologi dan karakter bangsanya, mereka akan menjadi miskin identitas yang akan mempengaruhi daya saing bangsa terhadap masyarakat global,” tegasnya.
Mantan Kadiv Humas Polri ini menambahkan, banyak yang melirik negara Indonesia, terutama dari segi sumber daya alam. Sehingga negara ini rentan disusupi ideologi radikal. “Saya mencoba mengutip ucapan Bung Karno, yaitu bangsa ini harus dibangun dengan pembangunan karakter. Pembangunan karakter inilah yang akan menjadi yang besar,maju, jaya, dan bermartabat,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Internasionalisasi UB, Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, MS, menambahkan tantangan ke depan tidak hanya seputar fisik, tapi juga ideologi.
“Kita sebagai bangsa yang besar punya pluralitas yang harus kita rawat. Hal tersebut menjadi harga yang mahal saat ini. Pecah belah bisa saja terjadi karena kita tidak bisa menyadari pluralitas menjadi hal yang sangat penting. Ada banyak kesenjangan di negeri ini yang bisa menjadi pemicu pecahnya bangsa ini. Maka dari itu kita harus rawat dengan baik,” katanya. (aji/mat)