Pendaftaran 50 Bacaleg PDIP Dikawal Bantengan dan Punokawan
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Dengan dikawal kesenian rakyat bantengan dan Punokawan, sebanyak 50 bakal calon legislatig (bacaleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Malang, mendaftar ke KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (17/07/2018).

TIDAK tanggung-tanggung. Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kabupaten Malang, Hari Sasongko yang juga menjabat Ketua DPRD Kabupaten Malang, berdandan ala Petruk, salah satu anggota Punokawan (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong) saat mendaftarkan para bacaleg partainya.

Berbeda dengan ketua umum partai politik lainnya, Hari Sasongko sempat melakukan orasi politik. Dengan menganalogikan kondisi sudah mau mendekati perang besar Mahabarata, maka Pandawa sebagai satria pembela kebenaran, harus didampingi oleh Punokawan sebagai penggambaran rakyat jelata.
“Untuk apa berperang jika tidak untuk membela rakyat, karena rakyat adalah segalanya, “terang Hari Sasongko.

Hari kemudian menuturkan, Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 adalah medan kurusetra untuk perebutan kekuasaan secara sah. “Pileg adalah perang nyata, merebutkan suara rakyat, untuk mendapat kekuasaan secara konstitusional,” tegasnya.
Pada Pileg 2019, DPC PDIP Kabupaten Malang mentargetkan perolehan 18 kursi atau naik 5 kursi dibandingkan hasil pemilu 2014. “Saat ini, kita punya 13 kursi. Diharapkan, pada 2019 nanti, kita mendapatkan 18 kursi,” kata Sasongko.

Menurut Hari, jika dalam Pileg 2019 PDIP beruntung bisa mendapatkan 18 kursi, maka peluang PDIP untuk mengusung calonnya pada Pemilihan Bupati Malang tahun 2021, sangat besar. “Perolehan suara legislatif akan memudahkan kita untuk berjuang dan berperan dalam ranah esekutif. Bila 18 kursi itu kita peroleh, maka DPC PDIP Kabupaten Malang siap menuju N1,” tegasnya.
Selanjutnya, dalam orasi politiknya, Hari Sasongko menyatakan bahwa masyarakat perlu diberi pendidikan politik agar masyarakat tidak lagi buta politik. “Jangan sampai sekarang ada dominasi mayoritas yang menindas minoritas. Begitu pula sebaliknya. Sudah tidak masanya masyarakat apatis terhadap politik,”pungkas Hari Sasongko. (diy)