4 Juli 2025

`

Ini Tips Dapatkan Beasiswa Luar Negeri

3 min read
Pantri Muthriana Erza Killian, Ph.D

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Banyaknya akses beasiswa kuliah ke luar negeri membuat banyak pihak ingin mendapatkannya. Namun tak semua orang tahu cara mendapatkannya. Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, Pantri Muthriana Erza Killian, Ph.D, memberikan tips agar berhasil mendapatkan beasiswa luar negeri.

 

ERZA Killian sendiri menyelesaikan kuliah magister dan doktornya di luar negeri dengan akses beasiswa. Dia menyelesaikan kuliah magister di International Economics & Finance, University of Queensland Australia. Sementara gelar doktor dia dapat di Politics & International Studies, University of Leeds Inggris.

Ada tiga rips agar aplikasi beasiswa kuliah luar negeri kita dapat diterima? Pertama, menentukan substansi studi.   “Ada dua cara  menentukan substansi studi, yakni menentukan topik penelitian yang akan diambil dan menyusun daftar supervisor potensial terutama bagi yang melamar beasiswa untuk doktor. Sedangkan  untuk magister, topik penelitian akan berguna saat penyusunan tesis,” kata Erza Killian, belum lama ini.

Erza menjelaskan,  ada tiga hal yang harus diperhatikan saat mengambil  topik penelitian, yaitu originality, feasibility, dan Community. Untuk originality, Erza menyarankan topik penelitian yang diambil sebaiknya mempunyai kontribusi empiris atau teoritis atau bahkan keduanya. “Cari juga apakah ada elemen kebaruan dari topik penelitian yang diambil,” paparnya.

Untuk aspek feasibility, Erza menilai penelitian yang akan dilakukan harus memperhatikan apakah penelitian bisa dikerjakan dalam durasi yang telah ditentukan. “Adakah data dan utamanya bisa diakses datanya. Yang terakhir adalah soal pendanaan penelitian,” tuturnya.

Untuk  community,  menurut Erza,  harus  memperhatikan komunitas peneliti. Siapa yang ingin diajak berdialog dan keahlian apa yang akan dibangun.

Kedua, memilih negara dan kampus tujuan. Untuk aspek ini, Erza menyebut ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu sistem pendidikan, sistem pendukung, jaringan alumni,  dan alasan pragmatis. Untuk sistem pendidikan, menurut Erza, sebelum mendaftar beasiswa,  harus paham lebih dulu berapa lama durasi kuliahnya.

“Seperti saya dulu saat magister,  ada pilihan di Australia atau Inggris. Tapi saya pilih Australia,  karena durasinya lebih lama,  karena dulu saya ingin studi lebih lama di luar negeri.  Rangking kampus yang akan dituju juga penting, termasuk sistem pembimbingan seperti apa,  harus diperhatikan,” terang Erza.

Untuk support system atau sistem pendukung, Erza menyarankan pendaftar beasiswa juga memperhatikan bagaimana gaya hidup di negara yang dituju dan dukungan kampus untuk mahasiswa internasional.

Untuk jaringan alumni,  menurut Erza juga sangat penting. “Kekuatan alumninya seperti apa,  prospek kerjasama ke depan,  termasuk jejaring keilmuannya juga penting,” katanya.

Sedangkan  alasan pragmatis, Erza menyatakan ada tiga hal yang  harus diperhatikan, yakni nilai TOEFL/IELTS, biaya hidup,  dan  aksesibilitas di negara atau kampus tersebut.

Ketiga, memilih beasiswa. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memilih beasiswa, yakni fasilitas beasiswa yang didapat. Pastikan beasiswanya full atau parsial. Apakah ada dana riset termasuk apakah dana tunjangan untuk keluarga,” tuturnya.

Kedua,  dalam memilih beasiswa  perhatikan juga syarat umum yang ditetapkan. “Berapa syarat IPK, berapa  nilai IELTS atau Toefl yang diinginkan, termasuk kelengkapan administratif yang lain,” sambung Erza.

Ketiga,  hak dan kewajiban penerima beasiswa. “Beberapa beasiswa ada kewajiban tambahan. Misal, diminta mengajar atau jika sudah lulus apakah harus langsung pulang ke Indonesia atau tidak,” katanya.

Keempat, jaringan alumni dalam memilih beasiswa juga penting. “Jaringan alumni ini akan mendukung kita selama studi,  termasuk ketika pasca studi jaringan alumni akan tetap berguna,” papar Erza.

Dari tiga hal ini, Erza Kiliian menyarankan semuanya dilakukan bersamaan. Sebab kadang muncul pertanyaan, memilih kampusnya dulu atau memilih beasiswanya dulu. “Pengalaman saya dulu,   dilakukan secara bersamaan agar salah satunya tidak tertinggal saat kita harus mempersiapkan hal- hal administrasinya,” pungkas dosen HI UB ini. (div/mat)