Warga Lawang dan Lowokwaru Terpilih Jadi Imam Masjid di UEA
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan 27 imam masjid bertugas di Uni Emirat Arab (UEA). Dari jumlah tersebut, dua di antaranya merupakan warga Lowokwaru, Kota Malang, Al Rizhal Tisma Wahid Maulana dan Muhammad Shohibul Huda, warga Lawang, Kabupaten Malang.

MUHAMMAD Shohibul Huda mengaku tidak sengaja menemukan informasi seleksi imam masjid dari media sosial (medsos). Informasi tersebut menjelaskan, Kemenag tengah membutuhkan sejumlah imam untuk ditugaskan di UEA. “Di situ disampaikan kriteria dan persyaratannya. Hafal Alquran, bahasa Arab, dakwah, dan lainnya,” ucap pria kelahiran 1984 ini saat dihubungi wartawan, kemarin.
Saat mengikuti tahapan seleksi bersama para syekh dari Arab, Huda tak menampik, sempat grogi. Ia membayangkan betapa sulit materi yang akan dilaluinya. Namun berkat usaha dan doanya, Huda mampu melalui tahapan tersebut dan lolos seleksi.
Tidak ada kendala apa pun yang dilalui Huda saat mengikuti seleksi. Semua mengalir apa adanya, termasuk saat berhadapan dengan para syekh. Mereka memahami hal yang telah disampaikan oleh Huda ketika proses seleksi.

Kesuksesan Huda dalam tahapan ini membuatnya sangat bersyukur. “Perasaan saya, yang pasti saya sujud syukur. Dan bersyukur kepada Allah, yakin ini semua merupakan barakah para guru yang sudah mendoakan saya, orang tua, teman, dan keluarga,” kata alumnus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.
Sampai saat ini, Huda masih tidak percaya bisa lolos seleksi imam tersebut. Sebab, dia sempat berpikir materi yang akan disampaikan saat proses seleksi akan sulit. Namun, dia meyakini Allah SWT telah berkehendak atas semua ini sehingga segala sesuatunya dipermudah.
Sesuai arahan Kemenag, tujuan menjadi imam di UEA untuk memperkenalkan Islam di Indonesia. Huda dan 26 calon imam masjid lainnya harus menjelaskan umat muslim di Indonesia bisa hidup berdampingan dengan damai. Hal ini diharapkan Islam di Indonesia bisa dikenal oleh dunia luar sebagai Islam yang baik.
Huda dan rekan-rekannya direncanakan akan diberangkatkan ke UEA pada Juni mendatang. Namun, untuk jadwal pastinya, dia masih harus menunggu keputusan dari UEA, termasuk masalah visa dan sebagainya.
Untuk awal keberangkatan, berdasarkan pengalaman imam sebelumnya, mereka tidak bersama keluarga. Namun saat ini, Huda dan rekan-rekannya sedang berusaha mengajukan agar bisa didampingi keluarga. “Saya belum memiliki anak, belum diparingi (dikasih). Nanti insya Allah bisa berangkat bersama istri, mudah-mudahan,” ucapnya. (div/mat)