Mahasiswa KKN FP UB 2025 di Bokor Sosialisasi Buat Tempe Jagung
3 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Sejumlah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FPUB) yang menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bokor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menggelar pelatihan membuat tempe berbasis jagung. Pemberdayaan yang bertajuk Sosialisasi Kreatif Olahan Pangan Lokal: “Inovasi Tempe Jagung sebagai Alternatif Pangan Bergizi” ini menyasar para ibu PKK sebagai garda terdepan pengelola konsumsi rumah tangga.


ZHAFIRA Tinara Ananda Putri, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan itu, melalui pers rilis yang dikirim ke redaksi tabloidjawatimur.com, Rabu (06/08/2025) siang, menjelaskan, KKN mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya tahun 2025 yang dilaksanakan di Desa Bokor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, ini tidak hanya menjadi ruang aktualisasi diri, tapi sekaligus sebagai sarana pengabdian nyata bagi para mahasiswa.
“Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya menyalurkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan, tetapi juga terlibat langsung dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa berbasis potensi lokal. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat yang bertajuk Sosialisasi Kreatif Olahan Pangan Lokal: Inovasi Tempe Jagung sebagai Alternatif Pangan Bergizi. Kegiatan ini menyasar para ibu PKK sebagai garda terdepan pengelola konsumsi rumah tangga,” katanya.
Zhafira Tinara Ananda Putri menjelaskan, program ini bukan sekadar transfer ilmu, melainkan juga sebagai wujud nyata pengabdian dalam menjawab persoalan gizi, ketahanan pangan, serta pemanfaatan potensi lokal yang kerap terabaikan.

Dia juga menjelaskan, Desa Bokor, Kecamatan Tumpang dipilih sebagai lokasi KKN karena memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan dikenal sebagai wilayah pertanian aktif, dengan tanaman jagung sebagai salah satu komoditas utama. “Namun, pemanfaatan jagung masih terbatas pada konsumsi dasar atau pakan ternak. Potensi ini perlu dikembangkan, salah satunya dengan pembuatan tempe jagung yang memiliki nilai tambah,” terangnya.
Menurut Putri, tempe jagung adalah produk olahan hasil fermentasi jagung yang menggunakan kapang Rhizopus oligosporus sebagai starter (ragi tempe). Inovasi ini hadir sebagai alternatif pangan lokal yang lebih terjangkau dan mudah diolah. “Meskipun tidak menggunakan kedelai, tempe jagung tetap mengandung nutrisi penting seperti karbohidrat kompleks, serat pangan tinggi, protein, dan vitamin B12. Proses fermentasi dalam pembuatan tempe jagung juga dapat meningkatkan ketersediaan zat gizi dan menghasilkan senyawa bioaktif, seperti antioksidan alami yang bermanfaat bagi Kesehatan,” terangnya.
Sementara itu, sosialisasi dilaksanakan interaktif bersama para ibu PKK. Mereka didampingi langsung Ibu Kepala Desa. Acara diawali dengan penyampaian materi mengenai pentingnya diversifikasi pangan lokal, khususnya jagung sebagai solusi gizi keluarga, dilanjutkan pengenalan nilai gizi dari tempe jagung, teknik pembuatan tempe jagung, serta potensi pengembangan produk ini sebagai usaha rumahan (home industry) berbasis potensi desa.
Sosialisasi yang berlangsung di Pendopo Desa Bokor ini dikemas secara interaktif dan komunikatif. Sebagai pendukung, peserta dibekali leaflet praktis berisi langkah-langkah pembuatan tempe jagung yang dapat dijadikan pedoman mandiri di rumah. Selain itu, ibu-ibu yang hadir diberi kesempatan mencicipi hasil olahan tempe jagung yang telah dipersiapkan sebelumnya, agar lebih memahami cita rasa dan potensi pasarnya.
Program kerja inovasi pembuatan tempe jagung ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Antusiasme peserta terlihat jelas dari partisipasi aktif dalam sesi diskusi, tanya-jawab, serta ketertarikan mereka untuk mencoba membuat tempe jagung secara mandiri. “Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga membuka ruang pemberdayaan yang dapat berkelanjutan. Inovasi tempe jagung menjadi langkah awal untuk membangun kemandirian pangan di tingkat rumah tangga sekaligus menghidupkan kembali semangat menggali dan mengembangkan potensi lokal secara kreatif. Dari tangan mahasiswa dan dukungan masyarakat, lahirlah sebuah gerakan kecil namun berdampak. Sebuah langkah kecil dari Bokor, namun membawa harapan besar untuk masa depan yang lebih sehat, mandiri, dan berdaya,” kata Putri. (bri/mat)