28 Agustus 2025

`

Kreativitas Mahasiswa PMM UMM di Tulungagung:

3 min read

Ubah Kaleng Bekas Jadi Tong Sampah, Bikin Pojok Baca, Hidupkan Pengajian

TULUNGAGUNG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Suasana Desa Betak, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur,  sore itu terasa berbeda. Di depan masjid dan kantor desa, berdiri tong-tong sampah unik dengan cat warna-warni cerah. Siapa sangka, wadah-wadah itu dulunya hanyalah kaleng cat bekas dan potongan kayu tak terpakai. Namun berkat sentuhan kreativitas mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tengah menjalankan program Pengenalan Masyarakat melalui Mahasiswa (PMM), bersama Karang Taruna, mampu menyulap limbah itu menjadi fasilitas yang bermanfaat bagi warga.

 

Pembuatan tong sampah dari bahan bekas yang dikerjakan bersama Karang Taruna Desa Betak yang akan diberikan Kedua Titik Desa.

 

Pemberian tong sampah untuk balai desa yang diterima oleh perwakilan Bapak Kepala Desa.

“KAMI ingin membuat sesuatu yang murah, mudah, tapi bermanfaat. Bahan-bahannya pun dari sekitar, jadi hemat biaya dan ramah lingkungan,” ungkap Dayinta, salah satu mahasiswa UMM yang terlibat dalam program ini melallui pers rilis yang dikirim ke redaksi tabloidjawatimur.com, Minggu (24/08/2025) siang seraya menambahkan PMM ini berlangsung mulai 4 – 9 Agustus 2025.

Tong-tong sampah itu kini ditempatkan di dua titik strategis desa, yakni  halaman masjid dan kantor desa. Warga pun menyambut baik langkah ini, karena sebelumnya tak ada tempat sampah memadai di lokasi tersebut. “Sekarang orang jadi lebih gampang buang sampah pada tempatnya. Lingkungan jadi lebih rapi,” kata Darosin, salah seorang tokoh masyarakat setempat.

Tak berhenti di urusan sampah, mahasiswa UMM juga mengalihkan perhatian pada literasi anak-anak. Mereka membangun pojok baca di area taman desa, lengkap dengan rak buku buatan tangan dari bahan sederhana. Rak-rak itu diisi dengan buku-buku cerita, komik, hingga buku pengetahuan yang sebagian besar berasal dari donasi luar desa. Mahasiswa aktif mengajak jaringan teman dan komunitas mereka untuk mengirimkan buku layak baca.

Pemberian tong sampah untuk masjid Desa Betak yang diterima oleh Imam Masjid Betak.

“Kami ingin anak-anak punya alternatif hiburan selain gadget. Dengan membaca, mereka bisa berimajinasi dan belajar banyak hal,” ujar Dita, mahasiswa UMM yang memimpin pembuatan pojok baca.

Kini, setiap sore, anak-anak desa terlihat duduk bersila di taman, membaca bersama teman-teman mereka. Beberapa warga bahkan ikut memantau dan membacakan buku untuk anak yang belum lancar membaca.

Kegiatan positif itu juga merambah ke bidang keagamaan. Mahasiswa UMM bersama warga menginisiasi kembali pengajian rutin yang sempat vakum. Acara ini diadakan bergiliran di rumah warga, masjid, atau balai desa. Selain menjadi ajang memperdalam ilmu agama, pengajian ini juga mempererat hubungan antar warga. “Pengajian bukan cuma ibadah, tapi juga kesempatan berkumpul, saling mengenal, dan berbagi cerita,” tutur Bu Lurah, salah satu peserta pengajian.

Pemberian rak buku dan donasi buku untuk Pojok Literasi Desa.

Program yang dijalankan mahasiswa UMM di Desa Betak, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung  ini tak hanya memberi fasilitas baru, tapi juga menumbuhkan rasa memiliki di hati warga. Hampir semua kegiatan dilakukan bersama-sama, mulai dari membuat tong sampah, merakit rak buku, hingga menggelar pengajian.

Kepala Desa Betak, Pak Nur Qomarudin, pun  mengapresiasi langkah ini. “Kami senang mahasiswa UMM mau turun langsung, memikirkan solusi sederhana tapi berdampak besar. Harapan kami, semangat ini terus hidup di desa,” ujarnya.

Meski masa pengabdian mahasiswa ini terbatas, warisan yang mereka tinggalkan akan terus digunakan warga. Tong sampah, pojok baca, dan pengajian rutin,  menjadi simbol bahwa perubahan bisa dimulai dari ide kecil yang dijalankan bersama-sama. “Kami belajar, bahwa kolaborasi itu kuncinya. Kalau mahasiswa dan warga bersatu, hasilnya akan luar biasa,” tutup Zega dengan senyum bangga. (iko/mat)