
MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM — Upaya masyarakat Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur untuk mengangkut industri pariwisata, terus dilakukan. Setelah berhasil menjual sejumlah spot wisata alam dan ditetapkan menjadi Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, kini giliran wisata budaya yang digalakan. Salah satunya, peringatan Bersih Desa Pujiharjo yang tahun ini genap berusia 86 tahun.

SEJUMLAH rangkaian kegiatan digelar oleh panitia. Dimulai sejak Minggu (15/07/2018), digelar lomba musik patrol yang diikuti RT/RW se Pujiharjo. Dilanjutkan dengan ibadah raya di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) pada Senin (16/07/2018). Lalu pengajian di Balai Desa Pujiharjo pada Selasa (17/07/2018). Pada Rabu (18/07/2018) pukul 18.00 WIB digelar KKR di balai desa dengan pembicara Romo Beny Susetyo dari Jakarta.

Sehari kemudian, Kamis (19/07/2018) pukul 10.00 WIB digelar acara buwuhan dengan hiburan pencak silat, kuda lumping, tembang kenangan, dan orkes dangdut. Puncaknya pada Jumat (20/07/2018) pukul 14.00 WIB dengan acara kirab encek-encek dan wayang kulit dengan bintang tamu Topan dan Andik Sadurun pada malam harinya.
“Kami, bersama masyarakat, memang sudah sepakat mengembangkan pariwisata di desa ini. Sebab, potensinya, khususnya wisata alam yang berupa pantai dan air terjun, sangat bagus. Bahkan, sejumlah wisatawan asing dan dalam negeri sudah sering datang ke sini. Mereka sangat tertarik dengan pariwisata yang kami miliki. Sekarang, dengan adanya acara Bersih Desa Pujiharjo yang ke-86 tahun ini, kami juga akan mengembangkan menjadi wisata budaya,” kata Kepala Desa Pujiharjo, Hendik Arso, Minggu (23/07/2018).
Hendik menambahkan, jika dikemas dengan baik, wisata budaya Bersih Desa Pujiharjo ini pun tak kalah menariknya. Sebab, pada acara tahunan ini, banyak kegiatan yang digelar. “Salah satu yang sangat menarik dan menjadi ciri khas bersih desa kami adalah pawai encek-encek yang jumlahnya lebih dari 1.000 encek-encek,” katanya.
Apa itu encek-encek? Hendik Arso menjelaskan, encek-encek adalah makanan, mulai nasi dan lauk pauk, yang diletakkan di dalam sebuah tempat yang terbuat dari pelepah pohon pisang yang telah dibuat sedemikian rupa, sehingga membentuk sebuah wadah atau tempat makanan, yang kemudian diarak menuju balai desa.
Sebelum diarak, masyarakat Desa Pujiharjo yang membawa encek-encek, berkumpul di tempat yang telah ditentukan, kemudian berjalan bersama-sama, seraya membawa encek-encek tersebut.
“Tidak hanya encek-encek yang berisi makanan dan lauk pauk yang diarak menuju balai desa, masyarakat juga membawa hasil pertanian atau perkebunannya. Seperti pisang, ketela pohon, jagung, padi dan sebagainya. Ini sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa,” jelas Hendik Arso.
Sedangkan di pusat kegiatan, yakni di Balai Desa Pujiharjo, panitia hari jadi sudah menyiapkan sarana prasarana, seperti panggung, terop dan alas untuk duduk para undangan dan masyarakat. “Karena masyarakat yang ikut acara ini sangat banyak, jumlahnya ribuan orang, sehingga acara selametan terpaksa kami gelar di jalan. Namun hal ini justru menarik dan menjadi ciri khas acara kami,” ujar Hendik Arso. (mat)