Wisudawan Terbaik ITN Ciptakan Pencetak Mie
2 min read
MALANG ,TABLOIDJAWATIMUR. COM – Sebanyak enam mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur, terpilih menjadi wisudawan terbaik 2019. Perolehan IPK (Indeks Prestasi Komulatip) semuanya di atas 3 koma. Bukan itu saja, mereka juga telah melakukan penelitian untuk menghasilkan temuan dalam skripsi.
SALAH SATU wisudawan terbaik, Johan Dwi Purnomo, jurusan Teknik Industri misalnya, telah membuat perancangan alat pencetak mie otomatis. Ia beralasan, kuliner berbahan mie sangat banyak. Karena itu, permintaan mie pasti sangat tinggi.
“Makanan mie, sangat populer. Namun, membuatanya masih tradisonal dan memerlukan waktu yang lama. Dengan alat yang saya buat, akan semakin meningkatkan produktivitas dan efisien waktu,” tuturnya saat ditemui TABLOIDJAWATIMUR.COM.

Johan melanjutkan, di perancangan alat yang ia ciptakan, ada beberapa bagian. Mulai dari kamera, roll meter hingga stopwatch. Dari hasil perancangan, tidak perlu menggunakan banyak tenaga. Dari sisi waktu juga sangat efisien dalam proses pencetakan adonan.
“Didapat selisih output. Dari alat lama menghasilkan 12,4 kg/ jam. Sementara dengan alat baru ini, bisa menghasilkan 61,2 kg/ jam. Dari harga alat, juga jauh d bawah alat yang sudah ada. Jadi bisa efisien di beberapa hal,” katanya.
Wisudawan lain, Titis Intan Permatasari, mahasiswa prodi Teknik Industri S -1, Fakuktas Teknologi Industri, telah melakukan analisa peningkatan kualitas pelayanan menggunakan metode SWOT dan servis quality pada perusahaan air minum.
Lathifatul Ulyah, ST, membuat alat pencampur sayur jelly serbuk yang tinggi kandungan vitamin C, komposisi sayur dan suhu pengeringan.
Sedangkan wisudawan lainnya, Reynhard Bayu Padana Ghunu melakukan study perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa. Bahkan, sebelumnya telah menjadu juara nasional lomba tekan beton tahun 2018 dan 2019.
Maulidya Atha Nur Pinasti, mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan jurusan Arsitektur, melakukan penelitian di kawasan Malang Selatan. Menurutnya, pembangunan fisik gedung harus turut mendukung keanekaragaman hayati melalui tema ekologi.
Lain lagi cerita Ayu Lurfi Novitasari. Dengan kondisi jaman yang canggih, semua tidak lepas dari HP. Karena itu ia menciptakan aplikasi untuk 3 dimensi (three D). Aplikasi pelestarian budaya, untuk pengenalan senjata tradisional di setiap propinsi di Indonesia. Berbasis android yang bisa diakses dari handphone. (ide)