18 April 2024

`

Universitas Negeri Malang Tambah Empat Guru Besar

3 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Universitas Negeri Malang (UM), Jawa Timur, mengukuhkan empat guru besar, Kamis (19/01/2023) di Gedung Graha Cakrawala.

 

Inilah empat guru besar yang dikukuhkan Universitas Negeri Malang (UM), Jawa Timur, Kamis (19/01/2023) di Gedung Graha Cakrawala.

 

MEREKA adalah Prof. Dr. Adi Atmoko dari Fakuktas Ilmu Pendidikan (FIP), Prof. Dr. Primardiana Hermilia Wijayati, M.Pd dari Fakuktas Ilmu Sastra (FIS), Prof.Dr. Sugiharto M.S dari Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK),   dan Prof. Dr. Aman Santoso, MSi dari Fakultas MIPA jurusan Kimia.

Dalam paparan ilmiahnya,  Prof. Dr. Sugiarto, MS,  mengangkat materi Urgensi Fisiologi Olahtaga untuk Meningkatkan Kesehatan dan Prestasi. Menurutnya,  banyaknya kasus serangan jantung saat berolahraga lantaran orang tersebut tidak paham fisiologi atau manajemen tubuh. “Harusnya, tiap latihan harus bertahap dan meningkat,” katanya.

Sugiarto menjelaskan, berdasar Ilmu Fisiologi, dosis latihan harus berdasarkan  usia. Menurutnya,  aktifitas olahraga itu berat, bisa menimbulkan stress, lantaran kerja otot dipaksa kerja keras.  “Dengan penerapan fisiologi ini,  kesehatan terjaga,  dan berdampak peningkatan prestasi,” katanya.

Sedangkan Prof. Dr. Primardiana Hermilia, MPd, yang merupakan Guru Besar bidang Bahasa Jerman, menemukan metode Kaizen yang  diterapkan dalam pembejelaran. “Arti Kaizen sendiri merupakan perubahan positif yang dilakukan terus- menerus,” katanya.

Dia menjelaskan, perbaikan pembelajaran atau Kaizen, penerapannya dengan mengenali masalah, memberikan umpan balik agar siswa semakin paham. “Dengan menggelar ujian akan mengetahui kelemahan, serta memberikan umpan balik beserta solusi dan contohnya,” jelasnya.

Prof. Primardiana menilai, dampak positif penerapan Kaizen, masing-masing mahasiswa diwajibkan membuat catatan kelehaman. Selanjutnya diperbaiki bersama dosen terkait. “Ada peningkatan 50% kemampuan belajar yang mengarah perbaikan dari tiap kelemahan siswa tadi,” ujarnya.

Sedangkan Prof. Dr. Adi Atmoko, Msi,  MPd, Guru Besar Psikologi Pembelajaran, dalam karya ilmiahnya menyoroti tindakan guru di kelas dalam menghadapi berbagai perilaku siswa. Khusus tindakan negatif siswa,  seperti ngantuk dan bolos, mneurutnya ini karena ketidakharomonisan guru dengan siswa. “Bisa juga lantaran konflik antar siswa. Maka cara pandang guru terhadap hakekat pembelajaran perlu dibenahi,” katanya.

Jika guru pandangannya sempit, cuma capaian pembelajran yang dikejar, rentetannya, jika anak salah, dianggap negatif, guru pun jengkel, lalu bertindak negatif dengan membully atau bertindak keras terhadap murid. Akibatnya, siswa jadi malas ke sekolah atau bahkan menolak untuk belajar.

“Karena itu perlu perbaikan,  mulai dari cara pandang guru yang diperluas, tidak hanya mengajar di kelas, namun menjadikan siswas punya kemampuan menyelesaikan masalah. Idealnya,  tugas guru harus bisa merancang pembelajaran serta membuat iklim kondusif dan kenyamanan belajar,” terangnya.

Sementara  Prof. Dr. Aman Santos, MSi, dari MIPA Kimia, membeberkan memanfaatkan limbah Bioful. Menurutnya, kebutuhan energi terus meningkat. Namun bahannya energi masih dari fosil yang semakin menipis cadangannya. Bahkan diprediksi tahun  2050 bakal terjadi kelangkaan energi.

“Maka perlu dikembangkan energi alternatif, yakni Bio Diesel dari minyak sawit. Sayangnya,  sementara ini bahan bakar dari Bio Diesel masih dianggap pesaing dari bahan pangan. Serta dituduh penyumbang kerusakan lingkungan. Solusinya, yakni bahan bakar berbasis limbah, yaitu limbah minyak goreng yang konsumerisme di Indonesia cukup tinggi,” katanya.

Menurutnya,  minyak goreng idealnya cukup digunakan sampai tiga kali pakai. Selebihnya justru menyebabkan batuk dan kanker serta gangguan kesehatan lainnya. Demikian pula dengan limbah pabrik minyak kelapa sawit yang jika dikonsumsi akan berbahaya. “Dibuang begitu saja juga berbahaya bagi lingkungan. Namun justru dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar,” terangnya.

Menurutnya,  ini peluang ekonomi, lantaran dapat dilakukan oleh home industri. Prosesnya mudah, tanpa alat khusus,  serta teknologi yang dibutuhkan untuk pengolahannya sederhana. (div/mat)