Universitas Brawijaya Tambah 2 Profesor
3 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Di pertengahan tahun 2021 ini, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, menambah dua profesor baru. Mereka adalah Prof. Dr. Ani Mulyasuryani, MS, dan Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, MS. Keduanya akan dikukuhkan Rabu (30/06/2021) pagi.

PROF. Dr. Ani Mulyasuryani, MS dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Kimia Analitik. Dia merupakan profesor aktif ke-24 dari Fakultas MIPA, profesor aktif ke-197 di UB, dan ke-281 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Sedangkan Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, MS dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Ekologi Tanaman. Dia merupakan profesor aktif ke-42 dari Fakultas Pertanian, profesor aktif ke-198 di UB, serta ke-282 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Dalam sesi zoom meting pres rilis kepada para awak media, Selasa (29/06/2021), Prof. Dr. Ani Mulyasuryani, MS, menjelaskan tentang sensor elektrokimia untuk deteksi residu pestisida pada sayur dan buah. Menurutnya, penggunaan pestisida secara berlebihan tidak tepat, bahkan ilegal.
“Beberapa peneliti bahkan menemukan kadar residu pestisida pada teh komersial. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan kontrol secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan suatu alat atau metoda untuk mendeteksi kadar pestisida dalam pangan,” kata Prof. Dr. Ani Mulyasuryani, MS.
Menurutnya, saat ini sudah ada metode yang direkomendasikan SNI untuk penentuan kadar residu pestisida, namun memerlukan preparasi sampel yang cukup panjang sehingga akan terjadi penumpukan sampel. Selain itu diperlukan seorang operator yang mempunyai kompetensi khusus.
“Dengan metode elektrokimia, dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk deteksi residu pestisida, karena sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi instrumen yang portable untuk mengontrol keamanan pangan Sensor elektrokimia dapat diaplikasikan untuk mendeteksi kadar residu pestisida klorpirifos dalam sampel buah-buahan dan sayuran. Sensor elektrokimia untuk deteksi klorpirifos terdiri dari tiga jenis,” terang Ani Mulyasuryani.
Pertama, sensor klorpirifos berbasis enzim, menggunakan screen printed electrode tunggal, dengan sinyal luaran konduktivitas listrik yang berbading lurus dengan konsentrasi. Kedua, sensor klorpirifos berbasis MMIP menggunakan screen printed electrode dua elektroda yaitu indikator dan refenrensi. Sinyal yang terukur adalah potensial listrik, hubungan kuantitif dengan konsentrasi merupakan persamaan logaritma.
Ketiga, sensor klorpirifos berbasis komposit nanopartikel, menggunakan screen printed electrode tiga elektroda yaitu elektroda kerja, referensi dan elektroda counter. Sinyal luaran adalah arus listrik yang berbanding lurus dengan konsentrasi. Batas deteksi sensor klorpirifos lebih kecil dari 1 ppm, diaplikasikan pada sampel buah-buahan dan sayuran pada kondisi pH kerja yang berbeda.
Untuk mencapai miniaturisasi sistem analisis kimia pengembangan sensor elektrokimia perlu diintegrasikan dengan metoda preprasi seperti liquid phase microextraction (LPME) dan magnetic solid phase microextraction (MSPE).
Untuk mengembangkan sensor elektrokimia sebagai instrumen analisis, diperlukan kerjasama dengan berbagai bidang, diantaranya biokimia, nanomaterial, sintesis organik maupun anorganik, serta teknik elektronika sensor, transduser, dan aktuator.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, M.S menjelaskan tentang Strategi Pengelolaan Produksi Tanaman untuk Peningkatan Produktivitas Lahan Salinitas.
Salinitas tanah merupakan salah satu ancaman bagi keberlanjutan pertanian hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia. Salinitas tanah adalah proses meningkatnya kadar garam mudah larut di dalam tanah sehingga mengakibatkan terbentuknya tanah salin.
“Salinitas pada tanah di Indonesia umumnya terjadi di lahan pertanian dekat pantai, yang disebabkan oleh intrusi air laut sebagai akibat meningkatnya permukaan air laut karena perubahan iklim. Pencemaran limbah, dan eksploitasi air tanah juga merupakan penyebab terjadinya salinitas tanah,” terangnya. (div/mat)