UMM Kenang Guru Bangsa, Profesor Abdul Malik Fadjar
3 min read
MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Prof. Abdul Malik Fadjar MSc, sudah meninggal dunia pada 7 September 2020, pada usia 81 tahun. Namun kiprah dan hasil karya mantan Rektor Universitas Muhamadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, 1983 – 2003 ini masih dirasakan hingga sekarang.
BUKAN hanya kampus megah dan perguruan tinggi swasta terbesar di Malang yang ia torehkan (UMM), namun banyak anak didiknya yang sudah menjadi “orang”, menjadi tokoh nasional dan internasional. Salah satunya, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP, yang sekarang menjabat Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) pada Kabinet Indonesia Maju Jokowi – Ma’ruf Amin.
Muhadjir Effendy, pria kelahiran 29 Juli 1956 ini juga pernah menjabat Rektor UMM setelah Abdul Malik Fadjar diangkat menjadi Menteri Pendidikan.

Nah, dalam rangka Refleksi Hari Guru Nasional, Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) menggelar acara, mengenang Guru Bangsa, Prof. Abdul Malik Fadjar MSc, Kamis (25/11/2021) di Dome UMM. Dalam acara tersebut, juga diluncurkan tiga buku mengenai perjalanan hidup mantan Rektor UMM periode 1983 – 2003 itu.
Selain sebagai Rektor UMM, Malik Fadjar pernah menjabat posisi strategis pada beberapa masa pemerintahan Presiden RI. Di antaranya, Menteri Agama pada masa B.J Habibie tahun 1998 – 1999, Menteri Pendidikan 2001 – 2004 pada masa Megawati dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI 2015 – 2019 pada masa Joko Widodo.
Hadir dalam acara tersebut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, serta tiga narasumber bedah buku tentang kiprah Malik Fadjar, di antaranya Prof. Dr. Siti Zuhro, MA, Prof. Dr. Setya Yuwana, MA, dan Prof. Dr. Frans Magnis Suseno, SJ.
Dalam sambutannya, Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, dia sudah mengidolai Malik Fadjar sejak SMP. Saat itu Malik sudah menjadi salah satu pimpinan salah satu organisasi di Jawa Timur. Sejak saat itulah, Muhadjir mengaku ingin mengikuti jejak Malik Fadjar dalam bidang keorganisasian.
Berlanjut, ketika Malik Fadjar menjadi salah satu pimpinan di IAIN (UIN Malang), membuat Muhadjir memilih kampus tersebut untuk mengenyam pendidikan sarjana muda. Hingga dirinya merasakan langsung bimbingingan Malik Fadjar, sebagai dosen pembimbing skripsi.
Terkait dengan UMM, Muhadjir-lah yang merayu Malik Fadjar agar bersedia menjadi rektor kala itu. Meskipun sempat menolak, akhirnya Malik Fadjar bersedia menjadi Rektor UMM selama 13 tahun, mulai 1983 – 2000.
Kala itu, UMM belum menjadi kampus yang terpandang seperti saat ini. Bahkan tidak diperhitungkan di Kota Malang. “Banyak kendala ketika beliau diangkat jadi rektor. Bahkan banyak warga Muhamaddiyah yang menyangsikannya. Namun berkat beliau, UMM menjadi salah satu kampus terbesar di Indonesia,” ujar Muhadjir.
Dia menambahkan, dalam pandangannya, Malik Fadjar adalah seorang yang humanis, peduli kepada setiap golongan, dan bisa berbaur dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang individu.
Sementara itu, Wakil Rektor 1 UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, MSi, mengenang Malik Fadjar bukan hanya sebagai motivator. Tetapi sekaligus sebagai sosok yang menginspirasi. “Malik Fadjar merupakan salah satu guru besar yang berjasa pada perjalanan hidup saya. Selain mampu memberikan motivasi, namun juga sebagai inspirator dalam perjalanan karir. Bahkan, ketika melihat mimik wajah, postur, dan geraknya, kami bisa terinspirasi mengikuti kiprah beliau (Malik Fadjar). Salah satu yang nyata yaitu membesarkan UMM hingga seperti saat ini,” tandasnya.
Agenda lain pada Refleksi Hari Guru Nasional kali ini yaitu membedah tiga buku mengenai kiprah Malik Fadjar. Ketiga buku tersebut adalah Sang Fadjar, Pak Malik di Mata Milenial, Negarawan, Pendidik, dan Agamawan Lintas Generasi. (divi/mat)