UMM Gelar Survey Pilpres, Dorong Muhadjir Jadi Pasangan Prabowo
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, memunculkan nama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof. Dr. Muhajdir Effendi, sebagai pendamping Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2024.
DARI hasil survey yang dilakukan Laboratorium Ilmu Politik UMM, pada 800 responden yang tersebar di sejumlah daerah di Jawa Timur itu, disebutkan, mantan Rektor UMM ini, jika dipasangkan dengan Prabowo Subianto, unggul 42,5% jika ditarungkan dengan Ganjar Pranowo (PDIP) – Airlangga Sutarto (Golkar) yang mempunyai poin 41,5%.
Hal ini terungkap saat Laboratorium Ilmu Politik UMM menggelar Bincang Politik Nasional dan Rilis Hasil Survei Opini Publik Jawa Timur, di Ruang Senat UMM, Kamis (10/08/2023) siang.
Menyikapi hasil suvey ini, Peneliti Ahli Utama BRIN, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA, menyatakan, dirinya tidak suka dengan lembaga survei. “Saya tidak percaya karena lembaga survei tidak pernah menggunggulkan perempuan. Apalagi kalau lembaga survey ditanya perihal ndoro funding,” ujarnya.
Dia menambahkan, survey di Jawa Timur sangat santun. “Jawa Timur, dengan survei ini, mendorong Muhammadiyah untuk tampil. Saya gemes pada Muhammadiyah yang tidak berani memunculkan tokohnya. Survei ini tidak boleh salah dan tidak boleh bohong. Dan ini respon Jawa Timur yang menyentil para tokoh Muhammadiyah untuk tampil karena masih ada waktu,” ujar Siti Zuhro seraya menginginkan NU dan Muhammadiyah bersatu.
Sementara itu, pengamat politik dan guru besar ilmu politik Unair, Prof. Dr. Kacung Marijan, MA. Ph.D, mengatakan, seringkali muncul fenomena split ticket voting pada pemilu. Yakni konsep perilaku pemilih ketika dihadapkan pada pilihan yang beragam dalam suatu pemilihan. Hal ini biasanya terjadi saat tidak ada titik sambung antara partai dan pilihan presiden.
“Kemungkinan hal ini kembali terjadi saat Pemilu 2024. Misalnya saat Pilpres 2019 lalu. Kita bisa melihat bahwa tidak semua anggota PDIP waktu itu memilih Jokowi. Begitu pun dengan Prabowo, tidak semua gen Z memilihnya,” jelasnya.
Di satu sisi, pengamat politik, Dr. Asep Nurjaman, M.Si, yang juga menjadi narasumber dalam diskusi ini menjelaskan, dari hasil survei ini ia menilai bahwa muncul keinginan dari masyarakat agar kader Muhammadiyah bisa muncul ke permukaan.
“Salah satu yang sedang hangat adalah Muhadjir Effendy. Saya rasa ada kerinduan masyarakat akan calon-calon yang punya upaya pengabdian dan ketulusan pada bangsa. Perasaan inilah yang seharusnya terus ditumbuhkan untuk mencegah munculnya fenomena money politic,” tegasnya.
Asep juga memberikan pandangan lain terkait survei politik. Di negara lain, survei yang berdasarkan sampling sudah ditinggalkan dan beralih pada penggunaan AI serta big data. Berbagai kelebihan bisa didapat, seperti pemetaan calon yang lebih akurat karena tidak ada batasan data. Sehingga ia berharap partai politik dan lembaga survei juga bisa segera memanfaatkan teknologi terkait. (div/mat)