19 April 2024

`

UB Kukuhkan Dua Guru Besar

3 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur,  mengukuhkan Prof. Dr.Eng. Agus Naba, S.Si, MT,  dan Prof. Dr.Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi, MP, sebagai guru besar baru, Sabtu (13/08/2022) pagi di kampus setempat.

 

Dari kiri-kanan, Prof. Dr.Eng. Agus Naba, S.Si., MT (FMIPA) dan Prof. Dr.Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi., M.P (FPIK.

 

AGUS NABA adalah profesor dalam bidang ilmu sistem cerdas (Fakultas MIPA).  Ia merupakan profesor aktif ke-27 dari Fakultas MIPA dan profesor aktif ke-170 di UB, serta ke-298 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Sedangkan  Asep Awaludin Prihanto adalah  profesor dalam bidang ilmu Bioteknologi Produk Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).  Ia merupakan profesor aktif ke-15 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), dan profesor aktif ke-171 di UB, serta ke-299 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Saat jumpa pers, Jumat (12/08/2022) siang, Agus Naba menjabarkan penelitian yang berjudul pendekatan Heuristic Artificial Intelligence Modeling (HAIM) untuk mendukung industri 4.0.

Ia menjelaskan, materi  ini  diajukan karena belum banyak dunia industri yang mengadopsinya,  sehingga pendekatan deduktif menjadi pilihan bijak selagi pengetahuan sistem tersedia. “Teknik optimasi perlu dibuat lebih sistematis dan terarah, dan tidak lagi spekulatif. Sedangkan teknologi sistem cerdas merupakan salah satu teknologi kunci dan memegang peran sentral sebagai driving force pada industri 4.0,” jelasnya.

Agus Naba menambahkan, teknologi sistem cerdas menawarkan berbagai teknik pemodelan sistem cerdas untuk membangun model sistem cerdas berbasis data. Namun masih terdapat beberapa kendala pada pemodelan sistem cerdas. Salah satu kendalanya adalah data yang tersedia pada industri umumnya terisolasi atau spesifik, tidak konsisten dan berkualitas rendah.

Secara umum,  kendala-kendala yang dihadapi dalam pemodelan sistem cerdas bersumber dari tiga hal. Pertama, pemodelan hanya murni berbasis data (induktif) tanpa memperdulikan pengetahuan perilaku system. Kedua, teknik optimasi parameter model bersifat spekulatif sehingga terjebak dalam parameter optimum lokal. Ketiga,  metode preprocessing data bersifat umum tanpa memperhatikan kompleksitas dan keunikan atau karakteristik data.

Untuk mengatasinya, Agus Naba mengusulkan suatu strategi yang diberi nama Heuristic AI Modeling (HAIM) atau pemodelan sistem cerdas heuristik.  “HAIM menyarankan tiga hal. Pertama, pendekatan deduktif atau gabungan deduktif-induktif lebih diprioritaskan dalam pemodelan sistem cerdas. Kedua, algoritma optimasi yang spekulatif diganti dengan yang lebih sistematis dan terarah. Ketiga, unit preprocessor untuk ekstraksi fitur unik data perlu didesain secara spesifik per kasus.

Sementara itu, Prof. Dr.Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi, MP, mengangkat Model Perbaikan Produk Fermentasi Perikanan Tradisional dengan Comprehensive-Product Improvement Memanfaatkan Keilmuan Bioteknologi.

Sebagaimana diketahui,  di Indonesia, produk perikanan yang dikonsumsi masih sangat tradisional. Ini dikhawatirkan kualitas produknya diragukan. Untuk mengatasinya, Asep menawarkan model perbaikan produk fermentasi perikanan.

Menurutnya, model perbaikan kualitas produk tradisional tersebut bernama Comprehensive-Product Improvement yang memanfaatkan keilmuan bioteknologi. “Rekayasanya melalui genetika, Next Generation Sequenching dan aplikasi starter konsorsium bakteria dan terbukti mampu meningkatkan kualitas produk fermentasi perikanan tradisional (terasi) secara maksimal,” terangnya.

Keunggulan dari model yang ditawarkan ini adalah pengintegrasian empat  faktor penting. Meliputi,  perbaikan proses, perbaikan nutrisi, perbaikan mutu,  dan perbaikan nilai fungsional kesehatan produk. Pada konsepsi perbaikan proses ini harus melibatkan penentuan galur spesies yang teridentifikasi, penentuan standar proses produksi dan perbaikan lingkungan proses.

Sedangkan pada perbaikan nutrisi harus dilakukan secara lengkap dengan memperhatikan luaran hasil perbaikan berupa gizi proksimat yang meningkat, penurunan anti nutrisi (fitat, tanin, dll), dan peningkatan metabolit.  (div/mat)