Tuntaskan Normalisasi Saluran Irigasi 3.500 Ha
3 min read“Irigasi Teratur, Sawah Subur, Rakyat Makmur.” Semangat ini yang terus diusung jajaran Dinas Pengairan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Karena itu, pada Program 100 Hari Kerja Bupati Malang Dr. H. Rendra Kresna, mereka bertekad menuntaskan sarana irigasi di 4 daerah irigasi dan menormalisasi saluran irigasi seluas 3.500 ha. Bahkan reservoir di Desa/Kecamatan Poncokusumo sudah dilaunching.
Sejak Bupati Malang Dr. H. Rendra Kresna dan Wakil Bupati Malang Drs HM. Sanusi dilantik pada Rabu (17/2/2016) di Surabaya, Dinas Pengairan langsung melakukan beberapa langkah.
Di antaranya, penyediaan dan pemasangan pintu air di 4 daerah irigasi, meliputi daerah irigasi Sebaluh, Desa Pandansari, Kecamatan Pujon sebanyak 8 buah. Daerah irigasi Bulung, Desa Bayem, Kecamatan Kasembon sebanyak 6 buah. Daerah irigasi Sumber Kasri di Desa Kasri dan Bakalan sebanyak 3 buah serta daerah irigasi Nampes, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari sebanyak 3 buah.
“Semuanya sudah selesai dikerjakan,” kata Wahyu Hidayat.
Selain itu juga dilakukan normalisasi saluran irigasi, yakni pengerukan sedimen untuk mencapai baku sawah seluas 3.500 ha, yang meliputi saluran Talok, Kecamatan Turen seluas 175 Ha, saluran Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi 177 ha, Saluran Tawangrejeni, Kecamatan Turen 179 ha, saluran Gedok Kulon, Kecamatan Turen 104 ha, saluran Gedok Wetan, Kecamatan Turen 130 ha, serta sejumlah saluran irigasi lainnya.
Wahyu Hidayat menjelaskan, untuk mendukung Program 100 Hari Kerja Bupati Malang, pihaknya membenahi sejumlah sarana irigasi. “Dalam 100 Hari Kerja Bupati ini, kami punya program menuntaskan sarana irigasi di 4 daerah irigasi (DI) dan normalisasi saluran irigasi 3.500 ha,” katanya, Selasa (3/5/2016) siang di kantornya.
Menurut mantan Kepala Kantor Perumahan ini, keberadaan saluran irigasi memang cukup memprihatinkan. Tumpukan sedimentasi membuat aliran air tak bisa maksimal. Padahal perannya sangat penting untuk mengaliri sawah. Seperti yang ada di saluran irigasi Dusun Salam, Desa Sidodadi, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Ketebalan sedimentasi mencapai 90 % dari kedalaman sungai sekitar 1,5 – 2 meter.
“Salurannya sudah dangkal. Banyak se-dimentasi, sehingga harus dikeruk. Ketebalan sedimentasi mencapai 90 % dari kedalaman su-ngai sekitar 1,5 – 2 meter. Makanya harus dike-ruk,” kata Wahyu Hidayat, beberapa waktu lalu.
Memang, untuk mengeruk saluran air, pihaknya terpaksa menggunakan alat berat. Sebab, kalau menggunakan tenaga manusia seca-ra manual, hasilnya tidak maksimal, mengingat ketebalan sedimentasi luar biasa, mencapai 90 % dari total kedalaman sungai. Padahal perannya sangat penting untuk mengaliri sawah.
Terkait dengan reservoir di Poncokusumo yang diresmikan beberapa waktu lalu oleh Bupati Malang, Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Malang, Wahyu Hidayat menjelaskan, reservoir ini mampu melayani 600 ha sawah di Desa/Kecamatan Poncokusumo.
“Ini adalah model tringkel irigasi pertama di Indoensia, karena sejumlah lembaga melaku-kan studi banding ke sini. Airnya dari alirkan dari Sungai Lesti dengan model gravitasi, lalu dialir-kan ke sawah penduduk, sehingga tidak butuh biaya. Cuma untuk sementara baru melayani 300 ha,” katanya.
Bupati Malang Dr. H. Rendra Kresna berharap, melalui penyerahan reservoir ini, dapat menjadi media terciptanya sinergi bersama. Karena embung yang pada tahap pembangunannya dikelola pemerintah, selanjutnya pada tahap pemanfaatannya dan pemeliharaannya dikelola oleh masyarakat.
“Semoga dengan adanya embung tersebut, akan membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Manfaat langsung yang dapat dirasakan adalah embung tersebut dapat berfungsi sebagai fasilitas konservasi air. Tujuan utamanya, dapat digunakan sebagai sarana pengairan lahan pertanian dan tersedianya air yang cukup untuk kegiatan perekonomian lainnya,” harapnya.*